Konsel, suarakendari.com- Petani di Kabupaten Konawe Selatan , Sulawesi Tenggara mengeluhkan terjadinya kelangkaan pupuk bersubsidi dan mahalnya harga pupuk non-subsidi. Padahal, kebutuhan pupuk terus meningkat bagi para petani seiring musim tanam.
Seperti diungkapkan para petani sawah dan palawija di desa Lambusa, Kecamatan Konda, Kabupaten Konawe Selatan, Rabu (16/11/2022)
Menurut para petani di desa tersebut, kelangkaan pupuk bersubsidi jenis urea dan pohnska sudah menjadi permasalahan para petani dari tahun ke tahun.
Meskipun pupuk bersubsidi tersedia melalui Gabungan kelompok tani (Gapoktan) namun stoknya terbatas dan tidak mencukupi kebutuhan para petani.
Selain itu, untuk mendapatkan pupuk subsidi, saat ini terlalu banyak persyaratan untuk mendapatkan pupuk subsidi seperti harus pakai kartu khusus dari pemerintah atau Gapoktan.
Untuk mengatasi kelangkaan pupuk subsidi, para petani sawah dan palawija di Desa Lambusa terpaksa membeli pupuk non-subsidi dengan harga yang cukup mahal.
Sugeng (56 tahun) salah seorang petani di Desa Lambusa mengatakan, dengan menggunakan pupuk non-subsidi, biaya sarana prasarana produksi yang dikeluarkan para petani bertambah sehingga keuntungan yang diperoleh para petani berkurang disaat panen tiba.
Menurut Sugeng, untuk saat harga pupuk subsidi jenis pohnska Rp 140.000 per sak (50 kg) dan harga pupuk urea Rp 130.000 per sak.
Sedangkan untuk harga pupuk non-subsidi yakni Rp 160.000 per sak untuk pupuk jenis pohnska dan Rp 150.000 per sak untuk pupuk jenis urea.
Sugeng menjelaskan, meskipun pupuk subsidi tersedia di Gapoktan, namun, pupuk subsidi yang diperoleh dari Gapoktan hanya dua sak yakni 100 kilogram, jumlah tersebut tidak mencukupi kebutuhan para petani, untuk satu hektar kebun atau sawah petani membutuhkan 400 Kilogram pupuk
“Di pasaran semua jenis pupuk non-subsidi mengalami kenaikan harga, ditambah jenis pupuk phonska langka di pasaran, dan harga obat-obat pertanian melambung tinggi,” kata Sugeng. Sk