Marwa (37) warga Desa Lameong-Meong Kec Poleang Barat Kabupaten Bombana senyum sumringah ketika kami menyambangi kediamannya Jumat 11 Maret 2022.
“Kayaknya bapak ada hal penting, karena barusan datang lagi ke rumah setelah bertugas di Poleang Barat lima tahun lalu” ujarnya membuka percakapan kami hari Itu.
Singkat cerita memang maksud kunjungan saya di kediamannya sekadar ingin membeli minyak yang dibuatnya. Marwa mengolah minyak kelapa bersama keluarganya sudah dijadikan semacam usaha keluarga.
Ia mengaku ,meski memproduksi hingga ratusan liter perhari masih saja ada langganan yang tidak kebagian. Harga jual minyak kelapa olahan sederhana dengan peralatan serba manual dibandrol Rp. 15.000,- perbotol.
“Bapak mau beli berapa botol? Marwa bertanya kepada saya ketika saya serius mengamati secara detail saat memindahkan minyak kelapa dari botol syirup kedalam jerigen ukuran 5 liter.
“Saya mau beli semua yang ada disini, jawabku sambil tersenyum,”.
Rupanya dia mengetahui kalau saya hanya bercanda.
Bincang bincang kami lanjutkan untuk menggali informasi sejak kapan ia mulai menggeluti usaha industri minyak kelapa. Didampingi anaknya sebagai tenaga kerja, Marwa tidak lagi mengingatnya, yang pasti sudah puluhan tahun usaha itu ia geluti.
“Sebetulnya pak, kalau kami dapat stimulan dari pemerintah setempat, untuk kebutuhan warga sekitar kami bisa tingkatkan lagi produksi hingga 200 liter perhari” ujarnya sambil meyakinkan saya yang sedang bertanya tanya.
Ini hanya segelintir potret kehidupan warga kita yang telah berkontribusi dalam mendukung ketahanan pangan di kampung kampung namun masih minim sentuhan teknologi.
Jika kedepan digalakkan dengan kampanye penggunaan minyak kelapa akan melahirkan wirausaha muda yang menjadi juragan minyak kelapa dikampung kampung.
Hal ini dimaksudkan agar kios kios dikampung tidak hanya minyak sawit yang mengisi rak jualan akan tetapi minyak kelapa sudah disandingkan dengan kemasan yang menarik dan tampak menonjol.
Naskah & . Foto: Anton Ferdinan
