“Sudah mahal, sulit juga didapatkan di pasaran pak” ujar salah satu warga Rakadua dengan menggerutu ketika kami sambangi akhir pekan lalu (20/3). Merespon kelangkaan minyak goreng, Suniarti penjual gorengan di Desa Rakadua Kecamatan Poleang Barat Kab Bombana mengaku usahanya agak stagnan setelah minyak goreng “menghilang” dipasaran dua bulan terakhir.
Kesulitan ini dialami merata hampir seluruh wilayah di Sultra. Warga pun, kini banting stir. Tak mau terus terusan dilingkupi sulitnya memperoleh minyak goreng.
Pelajaran berharga dipetik dari kelangkaan minyak goreng dipasaran. Usaha pembuatan minyak goreng kini terus menggeliat.
Di Poleang Barat misalnya, Karena kesulitan menemukan minyak goreng dua bulan terakhir. kini mulai terpecahkan, Minyak goreng dari kelapa sudah tak lagi jadi kendala seminggu terakhir warga mulai mengolah kelapa untuk dijadikan minyak goreng. Meski harga mengalami sedikit kenaikan karena tingginya permintaan pasar.
Jika sebelumnya dijual dengan harga Rp.15 ribu perbotol kini mengalami kenaikan menjadi Rp 20 ribu. “Banyak permintaan pak, makanya harganya sedikit naik, karena kami harus menambah tenaga kerja agar bisa lancar berproduksi’ kata salah seorang warga pengolah minyak kelapa.
Bukan hal yang sulit, hanya butuh peralatan sederhana kebutuhan minyak goreng dirumah sudah bisa tersedia.
Jika kedepan perhatian pihak terkait dengan memberikan fasilitas penunjang produksi persoalan minyak goreng tidak menjadi masalah ditingkat masyarakat desa.
Ayo, mari kita galakkan penggunaan minyak kelapa untuk kebutuhan keluarga.
Penulis: Anton Perdinan
Sumber foto: Akun FB Hamrin Zamimu , Disperindag Bombana.Ketut Sukerana Jusmail Sakka