Sektor kehutanan, menjadi andalan dalam upaya menurukan emisi gas rumah kaca (GRK). Oleh karena itu, melalui Indonesia’s Forestry and Other Land Use (FoLU) Net Sink 2030, seluruh program kegiatan pembangunan sektor kehutanan diarahkan untuk mendukung pengurangan emisi CO2 di atmosfer bumi.
Staf Ahli Menteri LHK Bidang Ekonomi Sumber Daya Alam (ESDA) Tasdiyanto, menyampaikan bahwa Indonesia’s FOLU Net Sink 2030 adalah sebuah kondisi yang ingin dicapai melalui tingkat serapan emisi gas rumah kaca dari sektor kehutanan dan penggunaan lahan pada tahun 2030, akan seimbang atau bahkan lebih tinggi dari tingkat emisi.
“Sektor kehutanan memiliki porsi terbesar di dalam target penurunan emisi gas rumah kaca, dengan berkontribusi sekitar 60 persen dalam pemenuhan target netral karbon atau net-zero emission,” ujarnya saat menyampaikan arahan umum pada
Sosialisasi Sub Nasional Indonesia’s FoLU Net Sink 2030 Provinsi Sulawesi Tenggara di Kendari, Rabu (8/3).
Sebagai pemangku kebijakan di tingkat tapak, Pemerintah Daerah diharapkan dapat berperan aktif serta dapat mendorong percepatan implementasi Indonesia’s FOLU Net Sink 2030 di wilayahnya masing-masing.
Menanggapi hal tersebut, Asisten I Bidang Administrasi Pemerintah dan Kesra Setda Provinsi Sultra, Suharno, yang mewakili Gubernur Sultra menyampaikan apresiasi atas terselenggaranya acara ini. Menurutnya, agenda ini sangat penting khususnya di Sultra untuk menjaga tutupan lahan serta menjaga kesinambungan dan keberlanjutan sumber daya alamnya.
Dirinya juga berharap Rencana Kerja (Renja) yang dihasilkan dapat memotret bagaimana kondisi hutan, sumber daya alam di Sultra ini bisa memberikan manfaat untuk banyak orang, dengan tetap dipikirkan keberlanjutannya.
“Dan nanti kalau sudah ada di Renja atau rencana tapak, saya harapkan tidak hanya dalam bentuk dokumen saja, tetapi benar-benar diimplementasikan sehingga Sulawesi Tenggara yang kaya akan sumber daya alam yang utamanya ada di kawasan hutan ini tetap lestari,” kata Suharno dalam sambutannya saat membuka rangkaian acara sosialisasi.
Sementara itu, Direktur Pencegahan Dampak Lingkungan Kebijakan Wilayah dan Sektor (PDLKWS) Erik Teguh Primiantoro, selaku penanggung jawab acara, dalam laporannya menyampaikan beberapa kegiatan dilakukan sebagai langkah percepatan implementasi Indonesia’s FoLU Net Sink 2030. Pertama, penyusunan Rencana Kerja, bersinergi dengan para akademisi dan stakeholders. Kedua, roadshow sosialisasi di tingkat regional pada Tahun 2022 yang dipusatkan di berbagai universitas di 6 regional. Ketiga, sosialisasi penyusunan Renja FoLU Net Sink 2030 di 12 provinsi di Tahun 2022, yang dilanjutkan di 22 provinsi tahun ini. Keempat, KLHK telah membangun dan mengoperasionalisasikan kantor FoLU Coll, sebagai pusat pengendalian operasional kegiatan FoLU Net Sink di Indonesia. Kelima, menyusun buku panduan manual, yang akan dirilis bertahap sejumlah 37 seri.
Usai sesi pembukaan, kegiatan sosialisasi dilanjutkan dengan pemaparan oleh Tim Folu Net Sink 2030 yang terdiri dari 5 bidang yaitu Bidang I Pengelolaan Hutan Lestari oleh Kepala Sub Direktorat Pemolaan Kawasan Hutan Produksi dan Hutan Lindung, Drajad Kurniadi; Bidang II Peningkatan Cadangan Karbon (PCK) oleh Ketua Bidang II PCK Helmi Basalamah; Bidang III Konservasi oleh Kepala Sub Direktorat Penguatan Fungsi dan Pembangunan Strategis Kawasan Konservasi (PFPSKK), Toni Anwar; serta Bidang V Instrumen dan Informasi oleh Kepala Biro Hubungan Masyarakat KLHK, Nunu Anugrah.
Turut hadir pada agenda ini, Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Sultra, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Sultra, Kepala OPD Kab/Kota se-Sultra, Kepala UPT KLHK, Kepala KPH di Provinsi Sultra, akademisi dan tenaga ahli serta mitra kerja KLHK. Ys