Teluk Kendari sebagai land mark dan tahura nipanipa sebagai kawasan konservasi punya nasib yang sama. Sama sama difase kritis.
Pendangkalan Teluk Kendari kian parah menyusul kerusakan ekosistem Taman Hutan Raya nipanipa di Kendari, Provinsi Sulawesi Tenggara. Padahal Teluk Kendari selama ini menjadi landmark kota itu.
Teluk Kendari yang menyerupai danau itu luasnya 2.800 hektar. Pendangkalan teluk yang menjadi akses utama ibu kota Provinsi Sultra itu kini sudah pada tahap memprihatinkan. Pada saat air surut diperkirakan 60 persen perairan teluk sudah berwujud daratan. Akibatnya, alur pelayaran dan ruang gerak kapal, termasuk armada perikanan, menjadi makin terbatas.
Banyak pihak kian prihatin dengan kerusakan ekosistem Tahura. Baginya kerusakan Tahura Nipanipa merupakan salah satu sumber pendangkalan Teluk Kendari. Perambahan hutan menyebabkan terjadinya erosi dan banjir yang membawa lumpur serta material lainnya ke perairan teluk.
Kawasan hutan Gunung Nipanipa yang telah ditetapkan sebagai Tahura Murhum berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan tanggal 12 Juni 1995 meliputi kawasan seluas 8.146 hektar. Sebagian besar (5.100 ha) tahura itu terletak di wilayah Kabupaten Konawe dan sisanya di Kota Kendari.
Karena terdesak pertumbuhan penduduk di sekitarnya, Tahura Murhum sekarang bukan lagi merupakan habitat nyaman bagi satwa liar khas Sulawesi, seperti anoa, kuskus, musang sulawesi, rangkong, elang laut, dan berbagai jenis kupu-kupu. Salah satu petunjuk kerusakan tersebut adalah lenyapnya satwa liar anoa dari kawasan taman hutan raya itu.
”Yang paling menyedihkan anoa telah lenyap sama sekali. Padahal, di era 1970-an satwa yang menjadi maskot Provinsi Sulawesi Tenggara itu masih menjadi pengawal hutan Gunung Nipanipa yang menjadi dinding alam Teluk Kendari,” tutur Ali, penggiat lingkungan.
Ia mengatakan, tujuan Pemerintah Provinsi Sultra mengusulkan kelompok hutan Gunung Nipanipa menjadi tahura adalah untuk mengembangkan laboratorium alam bagi fauna dan flora khas Sulawesi dalam rangka kepentingan ilmu pengetahuan dan pariwisata, selain upaya pelestarian.
Tujuan lainnya adalah untuk menghambat laju pendangkalan Teluk Kendari yang bersumber dari kawasan hutan Gunung Nipapa. Kecuali kerusakan ekosistem Tahura Murhum, penyumbang lain pendangkalan adalah aliran lumpur dari Sungai Wanggu yang bermuara di teluk itu.
Pemprov Sultra sendiri pernah berencana melepaskan kembali anoa ke kawasan Tahura. Namun, sebelum itu harus didahului pemulihan ekosistem untuk menciptakan habitat alami bagi satwa tersebut. Sk