EnvironmentHumaniora

Mengatasi Badai Laut: Kisah Inspiratif Garasi Perahu Nelayan Batumea

×

Mengatasi Badai Laut: Kisah Inspiratif Garasi Perahu Nelayan Batumea

Sebarkan artikel ini

Hari jelang siang, perahu-perahu nelayan Batumea terparkir  di kolom rumah panggung, menggantung dua meter dari permukaan laut. Langit  nampak mendung dan dari kejaùhan bulir hujan telah menutupi pulau pulau di depannya. Cuaca buruk inilah yang membuat nelayan memilih tak melaut.

“Ini adalah jarak aman dari hempasan ombak,”kata Rido, nelayan Desa Batumea, Kecamatan Wawonii, Kabupaten Konawe Kepulauan. Tehnik memarkir perahu dengan menggantung ke tetas rumah sudah dilakoni nelayan batumea lebih dari empat tahun belakangan.

Selain aman dari hempasan ombak cara ini juga diyakini membuat awet body perahu. “Kalau di simpan di air laut biasanya body kapal cepat rusak karena dihinggapi tiram yang menempel di body perahu,”ungkap Rido.

Meski begitu Rido tidak memungkiri jika rumah tempat perahu di parkir terbebas dari bencana, sebab, angin kencang atau badai laut yang datang tiba tiba kerap merusak atap rumah yang bahan bakunya terbuat dari daun sagu maupun nipa. “Tapi itu jarang hanya di bulan-bulan tertentu saja,”kata Rido.

Selama ini warga nelayan yang berjumlah 80 orang ini memang tak berdaya menghadapi badai laut yang sewaktu-waktu hadir menerjang pesisir. Perahu nelayan yang diparkir seadanya di pinggir laut pun banyak terhempas ke darat dan terbentur ke batu karang. Tak sedikit nelayan yang mengalami kerusakan perahu. “Saat badai datang nelayan dibuat pusing, perahu-perahu terbalik dan sebagian harus menghabiskan waktu menguras air yang memenuhi perahu,”ungkap Rido. Kondisi yang membuat Rido dan warga nelayan di Desa Batumea, Kecamatan Wawonii Tengah prihatin dengan kondisi alam.

Rido dkk pun mencoba mencari formula agar perahu-perahu mereka aman dari ombak dan badai. Rido kemudian mulai mempelajari teknik katrol perahu di atas rumah rompong yang di bangun di atas laut. Bahannya pun sederhana yang terdiri dari tali nilon sebesar jempol kaki dewasa serta kayu bundar tempat menggulung nilon. Fungsi tali nilon sendiri untuk mengatrol perahu ke atas rumah sehingga mencapai 2 meter agar tidak tersentuh gelombang laut.

Alhasil sistem katrol perahu temuan Rido ini mendapat apresiasi warga nelayan lainya yang kemudian mengikut jejak Rido membuat garasi perahu katrol. Bahkan ide garasi perahu ini sudah menjangkau desa lain di kecamatan wawonii tengah seperti morobea dan tumbu tumbu. Selain aman dari badai garasi perahu gantung atau katrol juga membuat perahu awet karena tidak terserang tiram perusak kayu kapal.

Mengatasi Badai Laut

Kisah tentang Rido dan inovatifnya dalam menciptakan sistem katrol untuk melindungi perahu nelayan dari badai laut menjadi inspirasi bagi warga nelayan di berbagai desa. ini menggambarkan bagaimana kegigihan dan kreativitas sederhana dapat membawa perubahan besar dalam menghadapi tantangan alam.
Cerita Rido, hidup di tepi laut, warga nelayan seringkali harus berhadapan dengan badai yang menerjang pesisir, mengancam keselamatan dan mata pencaharian mereka. Perahu yang menjadi sarana utama untuk mencari ikan sering kali tak berdaya dihadapan kemarahan alam, terbawa ombak dan terhempas ke darat, meninggalkan para nelayan dengan kerusakan dan kehilangan yang menyakitkan.

Rido merenungi ketiadaan daya untuk melawan perubahan iklim terutama badai laut yang sewaktu-waktu melanda. Dibantu oleh kerinduan membantu sesama nelayan, Rido mulai menggali inovasi sederhana namun berpotensi besar: sistem katrol untuk perahu-perahu nelayan.

Dengan bahan-bahan yang mudah ditemui seperti tali nilon dan kayu bundar, Rido mengembangkan sistem katrol yang memungkinkan perahu-perahu itu diangkat 2 meter ke atas permukaan laut saat tidak digunakan, menjauhkannya dari gelombang yang ganas. Ide brilian ini tidak hanya membuat perahu aman dari badai, namun juga memperpanjang umur pakai perahu dengan mencegah kerusakan yang disebabkan oleh air laut.

Tak pelak, inovasi Rido segera mendapat sambutan hangat dari warga nelayan lainnya. Bukan hanya itu, mereka pun ikut serta dalam membuat garasi perahu katrol sendiri untuk melindungi aset berharga mereka. Terciptanya garasi-garasi perahu ini tidak hanya terbatas di Desa Batumea, namun juga menyebar ke desa-desa lain di sekitar Kecamatan Wawonii Tengah, menjadi simbol kebersamaan dan keuletan dalam menghadapi ancaman alam.

Tantangan

Tentu, dalam perjalanan mengembangkan ide inovatifnya, Rido tidak luput dari berbagai tantangan dan hambatan yang perlu dihadapi. Pertama-tama, Rido  menghadapi ketidakpercayaan dari sebagian warga nelayan terhadap keefektifan sistem katrol yang dia ciptakan. Mengubah cara pandang dan keyakinan orang-orang yang sudah terbiasa dengan metode konvensional tentu bukan tugas yang mudah.

Selain itu, aspek teknis juga menjadi tantangan bagi Rido. Memastikan bahwa sistem katrol yang dibuatnya aman, efisien, dan tahan terhadap cuaca dan gelombang laut merupakan ujian tersendiri. Diperlukan waktu, ketelitian, dan pengujian intensif untuk memastikan bahwa garasi perahu katrol benar-benar dapat melindungi perahu dan bertahan dalam berbagai kondisi.

Hal lain, dalam proses pengembangan, Rido juga  menghadapi keterbatasan sumber daya dan dukungan. Mendapatkan bahan-bahan yang diperlukan, seperti tali nilon dan kayu, serta mendapatkan dukungan finansial dan tenaga kerja untuk merealisasikan ide tersebut juga merupakan tantangan nyata yang perlu diatasi.

Namun, dengan tekad, kesabaran, dan semangat yang kuat, Rido berhasil mengatasi semua tantangan tersebut dan menciptakan solusi yang tidak hanya bermanfaat bagi dirinya sendiri tetapi juga bagi komunitas nelayan secara luas. Inilah yang membuat kisah inspiratif Rido dan garasi perahu katrolnya begitu memikat dan memotivasi bagi banyak orang.

Reaksi awal warga nelayan terhadap ide Rido dalam mengembangkan sistem katrol untuk perahu mereka  bervariasi dari skeptis hingga antusias. Ketika Rido pertama kali memperkenalkan konsep ini, sebagian warga nelayan merasa ragu dan skeptis terhadap keefektivitasan serta keandalan sistem katrol baru ini.

“Beberapa dari mereka bahkan merasa bahwa metode tradisional yang sudah terbukti selama bertahun-tahun adalah pilihan yang lebih aman dan teruji daripada mencoba hal baru yang belum teruji. Mereka mungkin khawatir bahwa perubahan tersebut dapat berisiko merugikan atau bahkan menyebabkan kerugian finansial,”ungkap Rido.

Namun, di tengah keraguan dan skeptisisme itu, pasti ada juga warga nelayan yang antusias dan terbuka terhadap ide inovatif Rido. Mereka mungkin melihat potensi besar dalam sistem katrol tersebut dan percaya bahwa langkah ke depan dan peningkatan dalam pengelolaan perahu mereka adalah sesuatu yang perlu dipertimbangkan.

Seiring dengan waktu dan semakin banyaknya bukti yang menunjukkan keberhasilan sistem katrol yang dikembangkan oleh Rido, reaksi warga nelayan kemungkinan berubah dari skeptis menjadi antusias. Keberhasilan praktis dan manfaat nyata yang dirasakan oleh mereka yang sudah mengadopsi ide Rido akan menjadi daya tarik bagi warga lainnya untuk ikut serta dalam perubahan tersebut.

Untuk mengatasi keraguan awal yang muncul dari warga nelayan terhadap ide inovatifnya, Rido menggunakan pendekatan yang bijaksana dan persuasif. Pertama-tama, Rido mungkin memilih untuk secara terbuka dan transparan berbagi informasi dan pemahamannya tentang sistem katrol yang dia ciptakan. Dengan menjelaskan secara rinci bagaimana sistem tersebut bekerja dan manfaat yang dapat diberikan, Rido berusaha untuk memberikan pemahaman yang lebih baik kepada warga nelayan.

Selain itu, Rido  juga melibatkan warga nelayan dalam proses pengembangan dan peningkatan sistem katrol tersebut. Dengan melibatkan mereka sejak awal, Rido dapat menciptakan rasa memiliki dan kepercayaan dari warga nelayan terhadap inovasi yang sedang dikembangkan.

“Dengan pendekatan yang komunikatif, edukatif, dan melibatkan semua pihak terkait, Rido berhasil mengatasi keraguan awal warga nelayan dan menjadikan inovasinya sebagai solusi yang diterima dan diapresiasi oleh seluruh komunitas nelayan,”ujarnya.

Setelah Rido melakukan demonstrasi praktis tentang sistem katrol untuk perahu mereka, tanggapan warga nelayan berubah secara signifikan dari awalnya ragu menjadi lebih positif dan antusias. Melalui demonstrasi tersebut, warga nelayan dapat melihat secara langsung bagaimana sistem katrol yang dikembangkan oleh Rido berfungsi dan memberikan perlindungan kepada perahu mereka.

Tanggapan positif dapat muncul dari rasa kagum akan inovasi yang telah diciptakan oleh Rido dan bagaimana sistem katrol tersebut dapat menjaga perahu dari bahaya badai laut. Warga nelayan yang semula skeptis mungkin akan terkesan dengan efektivitas dan keamanan yang ditunjukkan selama demonstrasi, serta potensi manfaat jangka panjang yang dapat mereka peroleh dari menggunakan sistem katrol ini.

“Selain itu, demonstrasi praktis juga memberikan kesempatan bagi warga nelayan untuk merasakan sendiri keuntungan yang diberikan oleh inovasi Rido. Ketika mereka melihat langsung bagaimana perahu-perahu diangkat dan dilindungi dari gelombang laut melalui sistem katrol, rasa percaya dan keyakinan mereka terhadap solusi ini akan semakin bertumbuh,”ungkap Imanche Al Rahman, penggiat social LSM Komnas Desa Sultra.

“Dengan melihat dampak positif yang ditimbulkan oleh sistem katrol selama demonstrasi, warga nelayan kemungkinan akan merasa tergerak untuk ikut serta dalam mengadopsi inovasi ini. Dukungan dan penerimaan dari sesama anggota komunitas akan memperkuat keseluruhan implementasi sistem katrol dan menjadikannya sebagai langkah yang positif dan bermanfaat bagi seluruh warga nelayan di Desa Batumea dan sekitarnya,”paparnya. (JossH)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *