Kultur

Tunuha, Tradisi Bakar Ubi di Muna

×

Tunuha, Tradisi Bakar Ubi di Muna

Sebarkan artikel ini

Sulawesi Tenggara memiliki ragam budaya tradisi di masyarakatnya. Salah satunya tradisi bakar singkong di dalam tanah yang disebut Tunuha. Tradisi masyarakat Kabupaten Muna ini dilakuan sebagai ucapan rasa syukur pada sang pencipta atas hasil panen yang melimpah.

Sejak pagi, kaum lelaki telah mempersiapkan sebuah lubang di tanah yang cukup lapang. Lubang seluas lima meter persegi dipersiapkan untuk mengubur singkong sebelum pembakaran dilakukan.

Sementara kaum perempuan menyiapkan bahan-bahan seperti gula merah, bambu, daun jati, tali pengikat, kayu bakar hingga bongkahan batu. Tak terkecuali singkong yang menjadi bahan utamanya.

Bahan seperti bambu digunakan sebagai pembungkus singkong. Sedang daun jati dan tali pengikat untuk penyumbat dan mengikat bambu. Nah, kayu bakar untuk digunakan untuk membakar batu yang akan mematangkan singkong dalam tanah.

Sebelum disimpan dalam bambu, singkong terlebih dahulu dibersihkan, lalu ditumbuk hingga halus. Singkong yang telah halus tersebut kemudian dicampur gula merah, lalu dimasukkan kedalam potongan bambu yang telah disiapkan.

Sepintas, pembuatan singkong bambu ini terlihat mirip dengan proses pembuatan lemang atau nasi bambu. Hanya bahan dasarnya yang berbeda. Makanan lemang sendiri menggunakan ketan sebagai bahan dasar. Setelah seluruh potongan bambu terisi, kaum pria lalu menutup bagian atas bambu dengan menggunakan daun pisang dan daun jati. Gunanya agar saat mendidih singkong tidak tumpah dari bambu. Uniknya, setiap rumah di kampung wajib membuat lemang singkong.

Setelah seluruh bahan siap, seluruh warga kemudian berkumpul di lapangan dekat lubang besar yang telah dipersiapkan sebelumnya. Tradisi tunuha pun dimulai. Dengan beramai-ramai warga berebut menurunkan satu persatu bambu singkong ke dalam lubang dan kemudian ditimbun tanah. Di atas tanah warga menimbunnya lagi dengan batu yang telah menjadi bara. Warga juga menututup seluruh permukaan lubang dengan dedaunan agar panas bara api tidak cepat hilang.

Lasiana seorang pemuka adat muna mengungkapkan, proses pembakaran inilah yang disebut oleh masyarakat suku muna sebagai tradisi tunuha.”Tradisi ini sebagai ungkapan rasa syukur kepada sang pencipta dan memohon rezeki agar usaha taninya diberi hasil yang melimpah serta dijauhkan dari bala,”jelasnya.

Tradisi tunuha dilanjutkan melakukan tarian modero, dimana kaum laki-laki dan perempuan membentuk lingkaran mengelilingi lubang tunuha sambil melakukan balas pantun yang diringi irama dan gerakan badan yang saling berpegangan antara satu sama lain. Balas pantun ini juga dimaknai sebagai ajang untuk saling memperlihatkan tingkah laku yang beretika dan saling menghargai, utamanya antara kaum laki- laki dan perempuian.

Lubang pembakaran banbu singkong ini akan dibuka pada keesokan harinya dan singkong bakar akan dimakan beramai-ramai. SK

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *