Anwar, 37 tahun, pedagang es keliling di kawasan kemaraya, kota kendari. Ia tak kuasa untuk menaikan harga dagangan di tengah kenaikan harga BBM. “Saya takut pelanggan akan pergi, jadi saya tidak naikan harga jualan,”ujarnya dengan nada lirih. Pelanggan Anwar sendiri adalah anak sekolah dasar, sehingga Ia tau persis uang jajan anak SD.
Untuk menyiasatinya, Anwar tidak ada pilihan selain membatasi lokasi penjualan. “Sebelumnya, saya selalu berjualan sampai ke.arah kota lama, tapi sejak harga BBM naik saya hanya berjualan sekitar kemaraya saja,”kata Anwar.
Ya, nasib pedagang kecil semakin tergencet sejak kebijakan pemerintah yang anomali dan terus menerus menaikan harga, padahal masyarakat baru saja mau bangkit dari keterpurukan akibat pandemi korona.
“Ya mau bagaimana lagi, sudah kebijakan penerintahnya seperti itu, kita bisa apa,”ungkap pria dua anak ini.
Sehari-hari Anwar membawa dagangan es sebanyak 10 kg, dengan motor yang baru saja dia kredit. Pria kelahiran Buton ini mesti berjuang untuk semua kebutuhan makan hari harinya, uang jajan anak sekolah termasuk membayar cicilan motor dan rumah kontrakan.
“Ya, pandai pandai kita saja mengumpulkan uang, agar kebutuhan hari hari bisa tertutupi,”kata Anwar.
Anwar mengaku berdagang es tak selamanya bisa laku, apalagi kalau cuaca hujan, maka saat itu duka menghampiri pedagang es. Namun, pria berpostur pendek itu hanya bisa bersyukur menerima keadaan.
Di Kota Kendari diperkirakan akan ribuan tenaga kerja serabutan yang nasibnya kurang lebih seperti Anwar, yang mengandalkan pendapatan harian untuk menghidupi keluarganya. Sk