Alexis Chappuis, Creocean Prancis Asia Tenggara bersama 3 orang rekannya yang melakukan penyelaman di Labengki Blue Hole dan sekitarnya selama 5 hari, 14-18 Maret 2018, protes ke Konservasi Kima Tolitoli-Labengki soal sampah di Labengki Kecil dan dasar laut Lebengki.
“Masyarakat Labengki masih membuang sampah ke laut dan ketika dilarang mereka hanya tersenyum” ungkap Alexis seperti ditulis Habib dari Toli Toli Labengki Giant Clam Conservation
Ini sungguh buruk dan harus segera dihentikan, tegasnya. Selain itu, keberadaan puluhan ribu bintang laut pemangsa karang (Crown of Thorns) telah mengancam kehidupan ekosistim di kepulauan Labengki-Sombori dan sekitarnya.
Pemandangan buruk itu wajib segera mendapat perhatian utamanya institusi terkait khususnya BKSDA Sultra dan Pemda Konut. Sosialisasi kepariwisataan, utamanya ke masy Labengki dan sekitarnya wajib segera dilakukan. Jgn hanya bisa memungut PNBP dan retribusi tapi tidak memberi sumbangsih terhadap ke asrian Pulau Labengki.
Begitu juga dengan operator wisata dan Asita yg selama ini telah memperoleh keuntungan dgn menjual Labengki-Sombori. Janagn hanya memikirkan keuntungan tapi tidak turut berperan dalam menjaga kehidupan ekosistim.
Tegaskan kepada tamu-tamu Anda bahwa laut bukan tempat pembuangan sampah. Berhentilah membuang sampah sembarangan termasuk ke laut.
“Dengan kritikan pedas ini, semua pihak wajib untuk segera mengoreksi diri dan duduk bersama, lalu beraksi demi kelanjutan kehidupan ekosistim yang menjadi andalan Pulau Labengki dan sekitarnya. Semoga semua dapat tersinggung,”kata Habib.SK
Dokumentasi foto: Toli toli labengki giant clam conservation