Mulanya hanya ada 10 warung saling berhadapan di batasi jalan raya, jualannya semua seragam, jagung rebus. Seiring waktu, jumlahnya makin bertambah sepuluh hingga kini jumlahnya mendekati seratus warung. Pemilik warung semuanya berasal dari desa yang sama, pondidaha. “Dari awal semua warga jualan utamanya jagung rebus,”cerita Dian, Penjual Jagung Rebus.
Poros pondidaha merupakan jalur strategi, jalur perlintasan dari Kota Kendari menuju sejumlah kabupaten, diantaranya kabupaten kolaka , kolaka utara, konawe utara, termasuk jalur menuju provinsi sulsel. Posisi yang menguntugkan pedagang tentunya.
Usaha jagung rebus tak lagi terbatas waktu, siang malam pedagang menggelar lapak. Para pedagang mengaku memperoleh penghasilan berkisar antara 300 ribu-500 ribu rupiah per hari. Jika dirata-rata sebulan mencapai 4 jutaan atau terkadang sampai 6 juta sebulan. “Lumayan untuk menambah ekonomi keluarga,”kata Dian.
Keberadaan usaha jagung rebus di Pondidaha ini tak lepas terobosan dilakukan pemerontah kecamatan pondidaha yang kala itu dipimpin Wuata Saranani bersama warga dan dibantu oleh LSM Sintesa. Inilah satu satunya program ekonomi rakyat madani yang hingga kini terus tumbuh dan berkembang. Tak ada yang menyangka jika kegiatan ekonomi rakyat ini terus bertahan meski ekonomi Indinesia sempat dilanda krisis multidimensi termasuk pandemi kororona.
Sintesa
Usaha jagung rebus pondidaha tak lelas dari program yang dirintis Sintesa ternyata sekarang banyak yang dijadikan contoh. Ini artinya LSM Sintesa era kepemimpinan Pak Hugua dan masuk kepemimpinan Pak Muhlis, sudah berpikir jauh tentang kebutuhan masyarakat, ” kata Muhammad Sudair, Direktur Eksekutif LSM Sintesa.
Disebutkannya, program yang bersentuhan dengan rakyat di Sultra antara lain bantuan pemberdayaan ekonomi petani di pedesaan, bantuan sarana air bersih, pelatihan dukun terlatih dan jaminan program kesehatan nasional (JPKN).
Sudair juga menjelaskan, ketika Hugua menjabat Direktur Eksekutif Sintesa, pernah memprogramkan pemberian bantuan benih jagung manis kepada petani di Desa Amesiu, Kecamatan Pondidaha, Kabupaten Konawe (dulu Kabupaten Kendari).
Hasil panen jagung manis ketika itu terbilang melimpah. Petani kemudian merintis Penjual Jagung Rebus (PJR) di pinggir jalan. Sekitar tahun 2002, pada awalnya hanya 1 orang yang menjadi penjual jagung rebus.
“Kita lihat sekarang, PJR berkembang pesat di Pondidaha. Bahkan sudah menjadi tempat rekreasi bagi pelintas jalan Kendari menuju Kolaka, kolaka utara, konawe utara, termasuk jalur menuju provinsi sulsel.
Saya kira program yang dirintis era Hugua di Sintesa sudah memberikan manfaat bagi petani di desa, ” jelas pria yang akrab disapa Dede. Sk