Di era modern yang semakin berkembang, banyak tradisi dan adat yang menghilang dan tergerus zaman. Namun, berbeda dengan masyarakat Kampung Ada Hukaea Laea di Moronene. Mereka masih terus menjaga tradisi Pesta Panen atau lebih dikenal dengan nama Mewusoi, sebagai bentuk rasa syukur dan penghormatan kepada sang pencipta.
Pesta Panen Mewusoi menjadi agenda tahunan bagi masyarakat Kampung Ada Hukaea Laea. Acara ini melibatkan seluruh warga masyarakat mulai dari anak-anak hingga orang tua. Rangkaian acara dimulai dari pelepasan tahun panen dan penjemputan tahun tanam yang menandakan dimulainya perayaan.
Salah satu hal yang menarik dalam Pesta Panen Mewusoi adalah penampilan Musik Bambu yang menjadi pengiring tari Momani. Musik Bambu sendiri merupakan alat musik tradisional yang terbuat dari bambu yang berdengung dengan irama yang khas. Tari Momani sendiri merupakan tarian yang umumnya dilakukan oleh perempuan dan menggambarkan keindahan serta harapan ke depan.
Selain tari, ada juga tarian Mepinda Hai Sincu. Tarian ini menggambarkan semangat gotong royong dalam masyarakat Kampung Ada Hukaea Laea dan pentingnya saling membantu di antara warga. Semangat inilah yang menjadi salah satu kunci dari kelanggengan tradisi Pesta Panen Mewusoi.
Tidak hanya itu, Pesta Panen Mewusoi juga diisi dengan adat istiadat yang menjadi ciri khas dari perayaan ini. Adat istiadat tersebut antara lain penjemputan adat di Patande, yang biasanya dilakukan oleh para pemuda muda dengan membawa bunga dan kue sebagai lambang rasa syukur dan penghormatan.
Mewusoi menjadi bentuk rasa syukur dan penghormatan yang secara turun-temurun diwarisi oleh penduduk Kampung Ada Hukaea Laea. Dalam era modern saat ini, tradisi ini masih lestari dan terus berlangsung. Sebuah kebanggaan dan inspirasi bagi banyak masyarakat Indonesia untuk terus merawat dan mempertahankan tradisi yang ada.