editorialHeadline

Optimisme Prabowo Subianto di Tengah Bayang-Bayang Pengangguran: Peluang Kerja Menganga atau Sekadar Retorika?

×

Optimisme Prabowo Subianto di Tengah Bayang-Bayang Pengangguran: Peluang Kerja Menganga atau Sekadar Retorika?

Sebarkan artikel ini
FB IMG 1744466200066

SUARAKENDARI.COM – Di tengah kekhawatiran publik akan gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) dan tingginya angka pengangguran, terutama di kalangan generasi muda, presiden terpilih Prabowo Subianto hadir dengan retorika optimis. Dalam wawancara eksklusif bersama tujuh jurnalis senior baru-baru ini, Prabowo dengan yakin menyatakan bahwa prospek lapangan kerja di Indonesia akan semakin cerah dalam waktu dekat.

Pernyataan ini tentu menjadi angin segar bagi jutaan pencari kerja, namun juga memunculkan pertanyaan mendasar: seberapa realistis optimisme tersebut dan bagaimana implementasi kebijakan hilirisasi serta penguatan ekonomi desa dapat menjadi kunci pembuka gerbang lapangan kerja yang dijanjikan?

Isu pengangguran memang menjadi momok yang menghantui berbagai negara, tak terkecuali Indonesia. Data Badan Pusat Statistik (BPS) per Agustus 2024 mencatat angka pengangguran terbuka mencapai 7,98 juta orang, dengan tingkat pengangguran tertinggi berada pada kelompok usia 15-24 tahun.

Gelombang PHK di berbagai sektor, mulai dari teknologi hingga manufaktur, semakin menambah kecemasan akan masa depan ketenagakerjaan di Tanah Air.

Di tengah kondisi yang penuh tantangan ini, Prabowo Subianto justru melihat secercah harapan. Ia meyakini bahwa kebijakan strategis yang akan diimplementasikannya, terutama hilirisasi sumber daya alam dan penguatan ekonomi desa, akan menjadi motor penggerak penciptaan lapangan kerja yang signifikan.

Hilirisasi Industri: Janji Lapangan Kerja Berkualitas?

Kebijakan hilirisasi industri, yang bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah komoditas mentah melalui pengolahan di dalam negeri, memang memiliki potensi besar untuk menciptakan lapangan kerja baru. Dengan membangun pabrik pengolahan, smelter, dan industri turunan lainnya, Indonesia tidak hanya akan mengurangi ketergantungan pada ekspor bahan mentah, tetapi juga membutuhkan tenaga kerja dalam jumlah besar, mulai dari operator produksi, teknisi, hingga tenaga ahli.

Namun, tantangan dalam mewujudkan potensi ini tidaklah kecil. Ketersediaan infrastruktur yang memadai, seperti listrik, jalan, dan pelabuhan, menjadi krusial untuk menarik investasi dan memastikan kelancaran operasional industri hilir. Selain itu, kualitas sumber daya manusia juga menjadi perhatian utama.

Dibutuhkan investasi besar dalam pendidikan dan pelatihan vokasi untuk menghasilkan tenaga kerja yang kompeten dan siap mengisi kebutuhan industri yang semakin kompleks.

Para pakar ekonomi jauh hari mengingatkan  pemerintah bahwa hilirisasi ini bukan sekadar membangun pabrik. Kita harus memastikan transfer teknologi terjadi, dan tenaga kerja lokal memiliki keterampilan yang dibutuhkan. Jika tidak, lapangan kerja yang tercipta hanya akan diisi oleh tenaga kerja asing, dan manfaatnya bagi masyarakat lokal akan terbatas.

Selain itu, dampak lingkungan dari proyek-proyek hilirisasi juga perlu menjadi perhatian serius. Pemerintah perlu memastikan bahwa pembangunan industri berjalan seiring dengan upaya pelestarian lingkungan dan keberlanjutan.

Penguatan Ekonomi Desa: Menahan Urbanisasi dan Menciptakan Kemandirian?

Selain hilirisasi, Prabowo juga menyoroti pentingnya penguatan ekonomi desa sebagai salah satu kunci pembuka lapangan kerja. Melalui pemberdayaan masyarakat desa, pengembangan potensi lokal, dan penyediaan infrastruktur yang memadai, diharapkan desa tidak lagi menjadi penyumbang utama arus urbanisasi ke kota-kota besar.

Konsep ini sejalan dengan upaya pemerintah sebelumnya dalam mengalokasikan dana desa. Namun, efektivitas penggunaan dana tersebut dan dampaknya terhadap penciptaan lapangan kerja yang berkelanjutan masih perlu dievaluasi lebih lanjut.

Pemberdayaan ekonomi desa membutuhkan pendekatan yang komprehensif, mulai dari peningkatan kualitas sumber daya manusia, akses terhadap modal dan teknologi, hingga pendampingan dan pemasaran produk unggulan desa. Potensi ekonomi desa kita sangat besar, mulai dari pertanian, pariwisata, hingga kerajinan tangan. Namun, untuk mengoptimalkannya, dibutuhkan kebijakan yang terintegrasi dan melibatkan partisipasi aktif dari masyarakat desa itu sendiri.
Optimisme Prabowo: Antara

Harapan dan Tantangan Implementasi

Pernyataan optimis Prabowo Subianto tentu disambut baik oleh masyarakat yang mendambakan kepastian akan masa depan pekerjaan. Namun, optimisme ini perlu diiringi dengan langkah-langkah konkret dan implementasi kebijakan yang efektif.

Pemerintah mendatang di bawah kepemimpinan Prabowo perlu merinci strategi dan target yang jelas terkait penciptaan lapangan kerja melalui hilirisasi dan penguatan ekonomi desa. Transparansi dan akuntabilitas dalam pelaksanaan kebijakan ini juga menjadi kunci untuk memastikan bahwa janji-janji tersebut tidak hanya menjadi retorika politik semata.

Selain itu, pemerintah juga perlu mengantisipasi tantangan global dan perkembangan teknologi yang dapat mempengaruhi pasar tenaga kerja di masa depan. Investasi dalam pendidikan dan pelatihan yang adaptif terhadap perubahan zaman menjadi krusial untuk mempersiapkan angkatan kerja Indonesia menghadapi persaingan global.

Pada akhirnya, keberhasilan Prabowo dalam mewujudkan optimisme lapangan kerja ini akan sangat bergantung pada kemampuannya dalam menerjemahkan visi ke dalam tindakan nyata, mengatasi berbagai tantangan yang ada, dan melibatkan seluruh pemangku kepentingan, mulai dari dunia usaha, akademisi, hingga masyarakat sipil. Rakyat Indonesia tentu berharap bahwa janji lapangan kerja yang “sebentar lagi akan cukup banyak” benar-benar terwujud, membawa kesejahteraan dan kemajuan bagi bangsa. Sk