HeadlineKultur

Merajut Kembali Identitas yang Tergerus: Sinergi Pemerintah dan Lembaga Adat Sulawesi Tenggara

×

Merajut Kembali Identitas yang Tergerus: Sinergi Pemerintah dan Lembaga Adat Sulawesi Tenggara

Sebarkan artikel ini
FB IMG 1745704789398

KOLAKA, suarakendari.com-
Di tengah gemuruh modernitas dan derasnya arus digitalisasi, sebuah kekhawatiran mendalam menyelimuti: terkikisnya akar budaya dan nilai-nilai luhur bangsa, terutama di kalangan generasi muda. Menyikapi tantangan ini, Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) mengambil langkah proaktif dengan merangkul erat lembaga-lembaga adat. Keyakinan bahwa pembangunan berkelanjutan harus bertumpu pada fondasi budaya dan adat istiadat yang telah berurat akar di masyarakat menjadi landasan utama kolaborasi ini.

Penegasan komitmen ini disampaikan oleh Sekretaris Daerah (Sekda) Sultra, Drs H Asrun Lio MHum PhD, mewakili Gubernur Mayjen TNI (Purn) Andi Sumangerukka, saat menghadiri pelantikan Dewan Pengurus Daerah (DPD) Majelis Adat Kerajaan Nusantara (MAKN) Kabupaten Kolaka pada Sabtu (26/4/2025) di Kendari. Kehadiran sejumlah tokoh penting, mulai dari perwakilan kesultanan, kerajaan, hinggaForum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Kabupaten Kolaka, semakin mengukuhkan sinyal kuat akan pentingnya sinergi ini.

“Majelis Adat Kerajaan Nusantara memiliki peran strategis dalam pelestarian nilai-nilai budaya dan adat istiadat kerajaan-kerajaan nusantara,” ujar Sekda Asrun Lio. Atas nama pemerintah provinsi, beliau menyampaikan selamat kepada pengurus DPD MAKN Kabupaten Kolaka yang baru dilantik, berharap amanah yang diemban dapat dijalankan dengan sebaik-baiknya demi menjaga kelestarian adat dan budaya sebagai bagian tak terpisahkan dari identitas luhur bangsa.

Lebih lanjut, Sekda Asrun Lio menyoroti tantangan besar yang dihadapi di era digital ini, yakni krisis identitas budaya di kalangan generasi muda. Beliau mengungkapkan keprihatinannya melihat bagaimana generasi muda yang tumbuh dalam budaya digital global perlahan mulai tercerabut dari akar budaya dan nilai-nilai warisan leluhur.

“Kita menyaksikan semakin memudarnya pemahaman terhadap adat istiadat, bahasa daerah, bahkan sejarah kerajaan dan tokoh-tokoh lokal yang seharusnya menjadi kebanggaan kita bersama,” tuturnya dengan nada prihatin.

Asrun mengingatkan bahwa jika kondisi ini dibiarkan, bukan hanya budaya yang akan tergerus, melainkan juga jati diri bangsa Indonesia sebagai bangsa yang besar.Dalam konteks inilah, kehadiran MAKN dinilai pemerintah provinsi sebagai benteng terakhir dalam mempertahankan nilai-nilai luhur budaya nusantara.

Sekda Asrun Lio berharap MAKN dapat melahirkan gerakan pelestarian dan pembaruan budaya yang lebih kontekstual dan relevan, termasuk melalui pendekatan edukatif dan digital. Ia menyadari bahwa banyak warisan budaya lokal Sultra yang belum terdokumentasi secara memadai, mulai dari tarian tradisional, ritual adat, bahasa daerah, hingga cerita rakyat yang dulunya hidup dalam keseharian masyarakat, kini perlahan memudar bahkan terancam punah.

Keprihatinan inilah yang mendorong pemerintah provinsi untuk memberikan dukungan penuh kepada MAKN dalam upaya identifikasi dan pelestarian budaya lokal. Bahkan, pemerintah sangat mendukung agar warisan budaya tersebut dapat didaftarkan sebagai Warisan Budaya Takbenda (WBTB) ke tingkat nasional. “Pendaftaran akan menjadi bentuk pengakuan serta menjadi langkah penting untuk memberikan perlindungan hukum, penguatan eksistensi, serta pembukaan akses pembinaan dan promosi budaya secara lebih luas,” jelas Sekda Asrun Lio.

Mengakhiri sambutannya, Sekda Asrun Lio menyampaikan pesan harapan besar dari Gubernur kepada seluruh jajaran pengurus MAKN Kabupaten Kolaka yang baru dilantik. “Mari jadikan amanah ini sebagai panggilan perjuangan untuk menghidupkan kembali semangat budaya, adat, dan sejarah yang mulai terlupakan,” serunya.

Asrun berharap MAKN dapat menjadi penggerak utama dalam pendokumentasian, pelestarian, dan promosi budaya lokal, serta menginisiasi proses pengakuan warisan budaya Sulawesi Tenggara ke tingkat nasional. Langkah ini diharapkan tidak hanya memperkuat identitas daerah, tetapi juga membuka jalan bagi kemajuan ekonomi berbasis budaya.

“Akhir kata, mari kita jaga warisan leluhur ini bersama-sama, karena dari akar budaya yang kuat akan tumbuh peradaban yang kokoh dan bermartabat,” pungkas Sekda Asrun Lio, menutup sambutannya dengan ajakan untuk bahu-membahu melestarikan warisan budaya yang tak ternilai harganya. Sinergi antara pemerintah dan lembaga adat ini menjadi secercah harapan dalam upaya merajut kembali identitas bangsa yang mulai tergerus, memastikan bahwa kekayaan budaya Sulawesi Tenggara tetap hidup dan menjadi kebanggaan generasi mendatang. Sk