Sabuk hijau berupa hutan bakau menjadi salah satu ciri TNRAW. Ekosistem mangrove ini membentang 24 KM sepanjang Pantai Lanowulu mulai dari muara sungai Roraya sampai sungai Langkowala dengan luas sekitar 6.173 hektar.
Hutan bakau ini merupakan habitat, tempat pemijahan (spawning ground) dan perkembangan (nursery and feeding ground) berbagai spesies ikan dan crustacean yang penting secara komersial, seperti kepiting rajungan (portunus spp), kepiting bakau (scylla serrata), dan udang putih (penaeus marguensis ) serta tempat mencari makan berbagai jeenis burung air seperti aroweli (mycteria cinerea), pecukular (anhinga melanogaster), cangak merah (ardea purpurea), bangau (egretta intermedia), belibis (denrocygna arquata) dan lain sebagainya.
Dari jenis mamalia, seperti anoa (buballus depressicornis), babi hutan (sus celebensis) dan rusa (cervus timorensis). Juga reptil seperti buaya muara (crocodylus porosus), biawak (varanus salvador) dan ular sawah (phyton reticulatus) yang dilindungi.
Jenis-jenis tumbuhan yang mendominasi ekosistem ini adalah; 1. family Rhizophraceae seperti, rhizopora micronata (bakau hitam), rhizopora apiculata (bakau putih) bruguiera gymnorhyza (tongke cokke) dan ceriops tagal (tangir). 2. family sonnaratiaceae seperti beropa (sonneratia alba), 3. family comretaceae seperti lumnitzera littorea dan L racemosa (unga-unga). 4 faamily meliaceae seperti xylocarpus granatum (buli).
Dalam ekosistem mangrove terdapat 10 muara sungai yang menjadi lokasi perkampungan tradisional di atas air suku bugis. Mereka hidup dengan kondisi yang serba tradisional dan alami. Pada umumnya mereka bekerja sebagai nelayan tangkap tradisional. pada umumnya mereka bekerja sebagai nelayan tangkap tradisional, dimana mencari ikan, kepiting, udang dan kerang-keraangan merupakan kegiatan rutin mereka sehari-hari.
Keindahan panorama alam hutan bakau dengan kondisi yang masih alami dan lebat dengan zonasi yang teratus rapi secara alami, juga beberapa tappareng atau rawa payau dengan luasan 1 sampai 4 hektar main menambah keindahan dan ke khasan ekosistem mangrove.
Budaya bugis tradisional yang ramah makin memanjakan pengunjung yang datang, bahkan kemolekan matahari terbit (sunrise) yang dibarengi dengan aktifitas masyarakat /nelayan di pagi hari, begitu juga matahari terbenam (sunset) di sore hari makin memberi warna tersendiri.
Singkatnya, kegiatan wisata yang dapat dilakukan di tempat ini adalah reksreasi, foto hunting, memancing, menyelam, snorkeling, berenang, berjemur, menikmati panorama alaam, menjeljahi hutan mangrove, menelusuri kehidupan nelayan bugis tradisional, penelitian (riset) dan sejumlah aktifitas lainnya.
Fasilitas yang tersedia diantaranya, dermaga, perahu katinting dan homestay sebagai sarana bagi pengunjung yang disediakan oleh masyarakat setempatyang tergabung dalam Lembaga Komunitas mangrove TNRAW, yakni sebuah organisasi masyarakat yang menjadi mitra TNRAW.
Untuk menuju ke ekosistem mangrove, dari kota kendari-punggaluku -pasar tinanggea (100 KM) dengan angkutan umum/pribadi maupun carteran. Kondisi jaalan aspal mulus dengan waktu tempuh 2 jam dilanjutkan ke lokasi dengan perahu katinting selama 1 jam. rute lainnya dapat juga ditempuh melalui Kota Kendari-Punggaluku-Tinanggea -Dermaga Lanowulu (125 KM) selama 2,5 jam dengan perjalan darat dan dialjutkan ke lokasi naik perahu katinting selama 15-30 menit. sebaiknya dijunjung pada bulan Januari-Agustus. Kawasan ekosistem mangrove umumnya bertopografi datar berair dengan ketinggian 0 mdpl dengan kelembaban 78 persen dan temperatur 25-30 derajat celsius, sehingga pengunjung sebaiknya menyiapkan cream pelindung matahari (sunblock).
Dokumen foto: Joss Hasrul