Kultur

Mengintip Tradisi Nelayan Laonti Mengolah Mangiwa

×

Mengintip Tradisi Nelayan Laonti Mengolah Mangiwa

Sebarkan artikel ini

KONAWE SELATAN, suarakendari.com-Setiap hari, ribuan nelayan di Indonesia memulai hari mereka dengan pergi ke laut, menantikan hasil tangkapan yang akan mereka bawa pulang. Kehidupan nelayan laut menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas budaya di banyak daerah di Indonesia. Salah satunya adalah proses pengeringan ikan, khususnya ikan pari dan hiu kecil yang disebut mangiwa, menjadi salah satu praktik tradisional yang terus dipertahankan oleh nelayan laut di pesisir laoti Kabupaten Konawe Selatan, Provinsi Sulawe Tenggara.

Bagi nelayan di sana, proses pengeringan mangiwa merupakan bagian penting dari upaya untuk mengawetkan hasil tangkapan laut sehingga dapat bertahan lebih lama. Setelah proses penjemuran selama 3 hari di bawah terik matahari, mangiwa siap diolah lebih lanjut atau dijual ke pasar. Proses ini membutuhkan ketelatenan dan keahlian khusus agar mangiwa dapat menjadi produk berkualitas tinggi yang diminati oleh masyarakat.

Salah satu nelayan yang terlibat dalam pengeringan mangiwa adalah Tomo, yang secara tekun menjalankan tradisi ini untuk mencari nafkah bagi keluarganya. Menjemur mangiwa dipinggir pantai dengan meletakkannya di atas kayu jemuran telah menjadi bagian dari rutinitas sehari-hari bagi Tomo dan rekan-rekannya. Mereka percaya bahwa proses ini dapat membuat mangiwa cepat kering dan menghasilkan produk akhir yang berkualitas.

Meskipun proses pengeringan mangiwa memakan waktu dan usaha yang tidak sedikit, hasil akhirnya sangat bernilai. Harga mangiwa dipasaran mencapai sekitar 40 ribu rupiah per kilogramnya, menjadikannya sebagai komoditas laut yang cukup bernilai di kalangan nelayan maupun konsumen. Di pasar perkotaan, mangiwa sering menjadi pilihan lauk yang diminati oleh masyarakat untuk santap bersama keluarga.

Pentingnya Pengelolaan Sumber Daya Laut

Pengelolaan sumber daya laut, termasuk ikan pari dan hiu kecil untuk diolah menjadi mangiwa, menjadi kunci terjaga atau tidaknya keberlanjutan ekosistem laut. Dengan meningkatnya aktivitas penangkapan ikan, terutama oleh nelayan, diperlukan pendekatan yang berkelanjutan untuk memastikan keberlanjutan sumber daya laut yang ada. Ini melibatkan baik pemerintah, nelayan, maupun masyarakat dalam upaya konservasi dan pengelolaan yang bijaksana.

Tradisi dan Budaya Nelayan Laut

Praktik pengeringan mangiwa bukan hanya sekadar kegiatan ekonomi bagi nelayan, namun juga menjadi bagian dari tradisi dan budaya mereka. Generasi demi generasi, pengetahuan dan keterampilan dalam mengolah ikan laut diwariskan, sehingga tradisi seperti pengeringan mangiwa terus dilestarikan. Hal ini juga mencerminkan kedalaman nilai budaya yang dimiliki oleh masyarakat nelayan laut, yang turut memperkaya keberagaman budaya di Indonesia.

Dampak Perubahan Iklim Terhadap Nelayan Laut

Di tengah tantangan perubahan iklim global, nelayan laut juga menghadapi dampak yang signifikan. Perubahan pola musim dan kenaikan suhu laut dapat mempengaruhi kelangsungan tangkapan ikan, serta proses pengeringan ikan seperti mangiwa. Oleh karena itu, perlu adanya langkah-langkah adaptasi dan mitigasi untuk membantu nelayan menghadapi perubahan lingkungan yang semakin tidak terduga.

Inovasi dalam Pengolahan Hasil Laut

Seiring dengan perkembangan teknologi, ada ruang untuk inovasi dalam pengolahan hasil laut seperti mangiwa. Penggunaan teknologi yang tepat dapat membantu mempercepat proses pengeringan, meningkatkan efisiensi, serta menjaga kualitas produk. Selain itu, pemasaran yang lebih luas melalui platform digital juga dapat membantu nelayan dalam menjangkau pasar yang lebih luas dan mendapatkan nilai yang lebih adil atas produk mereka.

Dengan menjaga tradisi pengeringan mangiwa dan terus berinovasi dalam pengolahan hasil laut, nelayan laut dapat tetap eksis dan berkelanjutan dalam menghadapi berbagai tantangan yang ada. Keberlanjutan sumber daya laut, pelestarian budaya, dan peningkatan kesejahteraan nelayan menjadi tujuan bersama yang dapat dicapai melalui kolaborasi dan komitmen semua pihak terkait. Sk

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *