Sebagian orang duduk bersila di atas tanah. Orang-orang berpakaian adat ini tampak terdiam, mata mereka tertuju pada tetua adat yang sibuk membaca doa dan memegang sebilah parang panjang. Di hadapan sejumlah hasil bumi seperti jagung, ubi, telur digelar seadanya dalam bodi atau perahu kayu yang dihias kertas warna warni dan janur kuning. Hari itu merupakan puncak dari acara ritual budaya bangka mbale-mbale masyarakat bajo di wakatobi.
Meski tak lagi rutin, namun sebagian warga di Wakatobi memang masih melestarikan tradisi Bangka Mbule-mbule, ritual ini setahun sekali, tapi kadang tidak bisa dilaksanakan, jadi bagi orang wakatobi sangat langka. Akibatnya, warga tumpah ruah di sepanjang jalan di wangi-wangi saat acara bangka mbule-mbule/perahu ini melintas. Tak terkecuali para turis mancanegara larut dalam kemeriahan tradisi ini.
Awalnya tradisi ini dilangsungkan sebagai ungkapan rasa syukur usai panen jagung, namun seiring berjalannya waktu, ritual ini sebagai tradisi tolak bala, kesialan atau kutukan yang disebabkan roh jahat yang ditandai dengan dihanyutkannya perahu ini kelaut di ujung perjalanan ritual. (Sk)