Pemilihan Umum 2024 boleh jadi masih jauh, tapi bagi partai politik pesta demokrasi tersebut sudah di depan mata. Seperti dilakukan, para pengurus Partai Amanat Nasional (PAN) Sulawesi Tenggara tengah meneropong ke depan, melihat presfektif pemilu 2024 yang akan datang. Dimana para dedengkot partai berlambang matahari harus melihat pemilu 2024 itu secara tidak instan, melainkan ada proses dari kesiapan kesiapan kerja partai di 2024.
“Seperti halnya para pegamat, kontestan pemilu, dll, Kami tidak lagi melihat partai seperti pemilu sebelumnya, melihat partai saat finishingnya atau di akhirnya saja, sebab, sudah ada perbedaan. Jadi proses harus dilihat dari awal. Belum lagi, bagai cendawan di musim hujan akan ada parpol parpol baru dan itu tidak bisa dinafikkan keberadaannya untuk berpartisipasi di Pemilu 2024,”ungkap AbduRRahman Saleh,Ketua DPW PAN Sultra dalam dialog menakar persiapan parpol dalam pemilu dan pilkada 2024 yang diselenggarakan Komite Independen Pemantau Pemilu (KIPP) Sultra pekan lalu.
Menurutnya, PAN sudah mencermati dan melihat proyeksi yang akan terjadi di 2024 dan PAN akan selalu membenahi dirinya dan mengevaluasi kejadian-kejadian di pemilu sebelumnya. Bagi PAN Sultra, ada banyak pelajaran yang dipetik dari pengalaman pemilu-pemilu sebelumnya, dari yang kisah manis hingga pengalaman terpahit.
Abdurahman Saleh yang kini menjabat Ketua DPRD Provinsi Sulawesi Tenggara berkisah, dari pengalaman yang dilihatnya selama 16 tahun berpartai, PAN sempat booming dengan kemenangan dimana-mana. Namun setelah menang para pengurus lupa, bahwa, kemenangan ini tak lebih hanya euforia sementara, yang seharusnya kemenangan PAN ini dibarengi dengan soliditas para pengurus, kader maupun simpatisannya yang bertujuan membangun kemandirian partai. Terhadap kader kader yang instan itu, kita percaya nanti nilai positifnya.
Setelah 16 tahun fakta kemenangan maka seharusnya perektrutan kader tidak lagi bersifat ekslusif, tapi kita sudah meraih inklusif artinya Kader-kader yang potensial coba kita rekrut untuk membangun daerahnya masing-masing.
Secara organisasi PAN sendiri mengenal tiga hal, yakni; kader yang ada KTA sekaligus pengurus, kader yang ada KTA tapi dia bukan pengurus, dan kader yang simpatisan. Ketiga hal ini menjadi rujukan bagi organisasi untuk membuka diri pada orang-orang yang akan direkrut untuk kemudian dilihat potensintya untuk mengembangkan diri dari wilayah masing-masing.
Singkat cerita PAN kemudian merekrut para orang orang yang dianggap ditokohkan, dimana, awalnya dihadapan pengurus mereka berkomitmen akan bersama sama PAN sehingga menjadi rujukan kesepakatan dan kesepahaman bersama utuk memajukan partai.
Namun sayangnya kesepakatan dan kesepahaman yang coba dibangun itu tak sesuai harapan, sebab setelah terpilih justeru banyak dari mereka yang lari dari PAN, sama sekali tidak ada fitbacknya bagi partai. “Setelah terpilih dan menjadi ketua PAN mereka justeru lari, kenapa? Karena kita merekrut mereka secara instan. Dan rata rata rata yang pergi itu ternyata kena durja politik,”ungkap Rahman.
Kondisi yang membuat PAN mengalami degradasi kala itu, baik internal maupun eksternal. Puncaknya pada pemilu 2019 terjadi turbulensi politik dan banyak yang menganggap PAN sudah habis.
Beruntung masih ada sebagai orang PAN yang tetap konsisten membantu partai. “Seperti puisi chairil anwar “tersisa tulang-tulang berserakan” kami kumpul dan satukan tekat dengan sekuat tenaga akhirnya ternyata kami masih punya modal pengalaman dalam berkampanye dan pengalaman dalam berpilkada. Ini adalah guru yang sangat berharga untuk kita bisa meraih kemenangan,”kisah Rahman.
“Jujur saja, 3 bulan sebelum pemilihan umum 2019, dengan otoritas yang saya miliki, menyusun caleg caleg dengan segala pertimbangan, melihat dimana basis dan bagaimana profilenya, gimana passing grade-nya, posisi kursi dll. Seharusnya PAN itu bukan 8 kursi tetapi 10 kursi di DPRD Sultra. Bahkan jika mereka mengikuti nasehat saya, mungkin PAN akan 12 kursi,”tambahnya.
Dalam demokrasi, lanjut Rahman selalu ada peta jalan yang berbeda. Orang kencingnya saja belum lurus bisa mengalahkan orang orang yang berpartai politik yang sudah matang hanya karena pragmatisme. “Dan, ketika Kami simulasi PAN masih menduduki kursi ketua. Di bolak balik bagaimana pun Kami masih menduduki kursi ketua dan ini tiga bulan sebelum pemilihan caleg Kami sudah prediksi.”katanya.
“Tapi, saat itu strategi yang dilakukan PAN sudah beda, tidak lagi jor joran, PAN harus dibuat agar dipandang enteng lawan, ibarat argentina lawan PSSI, tapi ada yang tidak tau jika PAN punya akar suara, Saya tidak pernah pasang baleho lagi, Saya tau Pak Sukarman punya basis massa 5000 orang, Saya juga punya basis massa 12 ribu orang, kami berdua saja sudah ada dua kursi di parlemen. Jadi banyak pengamat politik, pelaku politik yang tidak tau peta kekuatan partai ini. Alhasil pada pemilu 2019 kursi Ketua DPRD Sultra berhasil diraih PAN dan menjadi pemenang pemilu di Sultra. Dan ini menjadi guru yang sangat berarti dan di sini kita bisa sharing, karena misi semua parpol itu sama, kesejahteraan, mendorong kemaknuran, mengentaskan kemiskinan.”urainya.
Lantas bagaimana dengan Pemilu 2024? Nah, untuk di 2024 PAN sudah siap, cuma sekarang PAN tidak boleh menafikan keberadaan parpol kontestan pemilu, tidak boleh jor joran dan mengungkapkan, bahwa PAN is the best, partai besar, dll. Tapi bagaimana PAN terus focus bekerja saja dengan turun ke 220 kecamatan, 2200 desa dan mempersiapkan memang kader-kader internal.
“Kalo dulu kita tidak melantik dan tidak menyelenggarakan muscab PAN, cukup menunjuk ketua dan menceklist anggotanya, nah sekarang tidak lagi, kita harus turun langsung mengecek kesiapan partai di seluruh daerah,”katanya.
Pada pemilu 2024 didahului oleh pilcaleg, maka PAN berharap DPC -DPC menjadi salah satu kekuatan basis suara, setelah itu baru tokoh agama, tokoh masyarakat, kepala desa, mantan kepala desa dll, yang coba dimasukkan melalui bidang pekerja pemilu sehingga kita bisa melihat proyeksi kita.
Kemudian untuk pilkada, karena tahapannya setelah pilcaleg, dimana Sultra ada 17 kabuaten/kota, PAN memiliki modal 9 wakil ketua DPRD di kabupaten, ada 3 ketua DPRD di Provinsi dan Kabupate, ada 63 anggota dewannya terdiri 1 wakil di DPR RI, 8 di DPRD Sultra, 54 di DPRD kabupaten/kota. Dari jumlah yang ada ini, nanti sesuai proyeksi yang tercatat maka PAN akan meraih 84 kursi.
“Kita tidak muluk muluk dan menarget dari jumlah kursi di setiap daerah terjadi peningkatan jumlah kursi, misalnya, kursi PAN di DPRD Provinsi yang 8 kursi bisa menambah satu kursi, begitu juga jumlah kursi di setiap kabupaten kota.”katanya.
Menurut Abdul Rahman, PAN adalah partai yang terbuka, tak sekedar kader saja dan memiliki kekuatan pada suara dan dukungan masyarakat secara resmi. PAN sudah terbiasa dengan cobaan dan keadaan, dan PAN tidak merekrut orang yang merasa ditokohkan. Jadi PAN tetap seperti ini, karena kami memang sukses dengan keadaan seperti ini.
“Untuk apa kita mengambil orang yang merasa ditokohkan, tapi dia di akar rumput tidak bagus. Yang kami butuhkan itu orang yang mau bekerja, orang mau membesarkan partai demi kesejahteraan masyarakat, Kami telah bekerja dengan turun langsung ke lapangan setiap jumat, sabtu dan minggu di kabupaten untuk pelantikan dan muscab DPC PAN, untuk kita lihat proses berjalan baik dan benar, itu yang terus kami lakukan.
“Untuk pilkada 2024, banyak orang orang yang ingin maju tanpa melihat passing grade-nya, banyak orang merasa pintar, tapi tidak pintar merasa, mau pakai baju XL tapi ukurannya cuman S,”tohoknya. SK