Kesehatan

Manis di Lidah, Pedih di Paru: Kisah Tragis di Balik Asap Rokok Elektrik Rasa

×

Manis di Lidah, Pedih di Paru: Kisah Tragis di Balik Asap Rokok Elektrik Rasa

Sebarkan artikel ini
FB IMG 1745919924114

SUARAKENDARI.COM- Bayangkan sensasi manis buah beri atau segarnya mint yang membelai lidah. Itulah janji rokok elektrik rasa yang begitu memikat, terutama bagi kaum muda. Namun, di balik aroma yang menggoda itu, tersembunyi bahaya yang tak main-main, bahkan mampu merenggut kesehatan paru-paru secara permanen.

Kisah pilu seorang remaja di Amerika Serikat menjadi pengingat yang mengerikan. Selama tiga tahun, ia diam-diam menghisap uap rokok elektrik. Akibatnya? Ia didiagnosis dengan kondisi langka yang dikenal sebagai bronchiolitis obliterans, atau yang lebih dikenal dengan istilah “paru-paru berondong jagung”.

Penyakit ini secara permanen merusak saluran udara terkecil di paru-parunya, membuatnya harus berjuang dengan batuk kronis, napas mengi, kelelahan yang tak berkesudahan, dan sesak napas yang menyiksa. Hidupnya berubah drastis, dan penyakit ini tak bisa disembuhkan.

Dulu, bronchiolitis obliterans lebih sering dikaitkan dengan paparan diacetyl di pabrik popcorn. Namun kini, perhatian para ahli tertuju pada ratusan bahan kimia yang terkandung dalam uap rokok elektrik. Ironisnya, banyak dari zat perasa ini aman jika tertelan, namun berubah menjadi racun mematikan saat dipanaskan dan dihirup. Paru-paru, tanpa perlindungan filtrasi alami seperti saat kita menelan makanan, menerima kerusakan langsung dari bahan-bahan kimia berbahaya ini, yang kemudian juga dapat meracuni aliran darah.

Gelombang popularitas vaping, terutama di kalangan remaja yang terpikat oleh rasa buah dan permen yang manis, telah membuka babak baru dalam ancaman kesehatan. Dengan lebih dari 180 jenis bahan perasa yang digunakan dalam cairan rokok elektrik – dan beberapa di antaranya bahkan terurai menjadi senyawa yang belum teruji keamanannya atau justru berbahaya saat dipanaskan – para ahli kesehatan mendesak perlunya tindakan regulasi yang tegas.

Diagnosis “paru-paru berondong jagung” yang dialami remaja tersebut adalah alarm yang sangat keras. Ini adalah bukti nyata bahwa bahan kimia yang dulunya dianggap tidak berbahaya dalam makanan bisa memiliki efek menghancurkan ketika diuapkan dan dihirup.

Kisah ini sekali lagi menegaskan betapa pentingnya pengawasan yang lebih ketat dan peningkatan kesadaran publik untuk mencegah kerusakan kesehatan yang tak dapat dipulihkan akibat rokok elektrik rasa. Jangan biarkan sensasi manis sesaat berujung pada penyesalan seumur hidup. SK