Sejak kecil saya sudah akrab dengan kerajinan satu ini, terpasang di setiap rumah pesta perkawinan. Namanya tenda tabere, bahannya terbuat dari potongan-potongan kain (perca) yang dijahit beragam pola dalam ragam motif dan warna. Biasanya, potongan kotak, segi tiga, atau balok.
Merupakan kerajinan tangan khas masyarakat tolaki, dijahit khusus dan dipasang sebagai penutup plafon di sebuah rumah pesta perkawinan. Saya teringat pada almarhumah tante (kakak ibuku). Beliau adalah salah satu pembuat tenda tabere di kampungku, karyanya tidak untuk dijual, tetapi untuk digunakan keluarga besar kami sendiri. Sedang pamanku adalah pria yang piawai memasang tabere di setiap rumah pesta.
Simbol atau makna yang tersirat dari bentuk, garis dan warnanya menunjukkan harmonisasi alam dan manusia. Mereka selalu menjadikan kain tenun sebagai simbol kebesaran dalam setiap pesta adat di lingkungan masyarakat tolaki. Mereka berkeyakinan, jika dalam upacara adat tidak menggunakan kain tenun tolaki, maka akan terasa ada yang sangat kurang.
Motif yang cukup terkenal di masyarakat tolaki adalah ragam hias. Motif ini biasanya menggunakan multi warna dari biru merah, kuning susu, hitam hijau lumut, dan hijau. Selain itu digunakan juga benang yang membentuk motif garis halus dan kesan bunga kecil.
Sesuai fungsinya tabere digunakan sebagai penutup langit langit rumah. Sebagai pembatas antara ruang atap dan ruang aktivitas dibawahnya. Sebagai penutup kesemrawutan dalam ruang atap, seperti: simpang siurnya konstruksi dan penutup atap, kabel-kabel, pipa mechanical dan electrical, dan sebagainya. Sebagai penahan panas dari atap agar tidak jatuh langsung di ruang bawahnya. Sebagai pelindung aktivitas. Sebagai pembentuk ruang atas atau plafond.
Plafond atau plafon atau langit – langit atap adalah adalah bagian dari konstruksi bangunan yang berfungsi sebagai penutup atap sebuah bangunan. Pada dasarnya fungsi utama plafon adalah untuk mencegah cuaca panas atau cuaca dingin agar tidak langsung masuk ke dalam rumah setelah menembus atap.
Plafond, berasal dari bahasa Belanda yang artinya langit-langit. Kata langit-langit mungkin terasa kurang pas dan juga terlalu panjang maka orang sekarang lebih suka menyebutnya plafon. Plafon menjadi salah satu elemen yang harus dipenuhi agar interior ruang terlihat lebih rapi.
Kembali ke tabere seharusnya masyarakat tolaki bisa kembali melestarikannya, mengingat seni kerajinan lokal satu ini kian jarang terlihat, baik di rumah-rumah warga maupun semakin jarang terpasang di pesta-pesta perkawinan. Plafon rumah pesta lebih banyak dibuat simpel, pemilik pesta menggantinya dengan kain polos pesanan dari salon.
Tugas generasi mudalah yang bisa menyelamatkan pustaka budaya orang tua satu ini, mungkin dengan kembali menggerakkan industeri kreatif rumah tangga maupun bisa pula didorong melalui pemerintah daerah, entah itu melalui sekolah lewat muatan lokal atau ekstrakurikuler sekolah.