HeadlinePertanian

Harmoni di Lereng Bukit: Bertani dan Melestarikan Hutan di Tahura Nipa-Nipa

×

Harmoni di Lereng Bukit: Bertani dan Melestarikan Hutan di Tahura Nipa-Nipa

Sebarkan artikel ini
FB IMG 1744445433616

FB IMG 1744445899135KENDARI, suarakendari.com-Di jantung Kota Kendari, Sulawesi Tenggara, membentang hamparan hijau Bukit Tahura Nipa-Nipa. Lebih dari sekadar bentang alam yang memanjakan mata, bukit ini menyimpan kisah panjang tentang harmoni antara manusia dan alam. Selama puluhan tahun, warga sekitar telah mempraktikkan kearifan lokal yang patut diacungi jempol: bertani sembari menjaga kelestarian hutan konservasi.

Bagi masyarakat Kendari yang bermukim di sekitar Tahura Nipa-Nipa, hutan bukanlah sekadar kawasan lindung yang terlarang untuk dijamah. Mereka melihatnya sebagai sumber kehidupan yang dapat dimanfaatkan secara bijak dan berkelanjutan. Dengan sistem agroforestri yang telah mereka warisi secara turun-temurun, warga memanfaatkan areal lahan hutan dengan menanam beragam jenis tanaman. Pohon-pohon jangka panjang seperti mangga, rambutan, lada dan kakao tumbuh berdampingan dengan tanaman jangka pendek seperti jeruk dan berbagai jenis palawija.

FB IMG 1744445436328

Wais salah satu petani di kampung baru tahura kelurahan punggaloba misalnya, memanfaatkan kawasan bukit tahura untuk menanam cengkeh dan Ia sudah memanen hasil jerih payahnya itu. Tak hanya Wais, warga tipulu juga telah melakukan sistem cocok tanam tanaman jangka panjang dan bergabung dalam kelompok tani pelestari hutan tahura binaan Dinas Kehutanan Sultra.

Pemandangan di lereng Bukit Tahura Nipa-Nipa menjadi saksi bisu praktik agroforestri yang lestari. Pepohonan tinggi yang menjadi penyangga ekosistem hutan tetap berdiri kokoh, memberikan naungan dan menjaga kesuburan tanah. Di sela-selanya, terhampar kebun-kebun warga yang tertata rapi, menghijaukan lereng bukit dengan aneka tanaman produktif. Sistem tumpang sari ini tidak hanya menghasilkan beragam komoditas pertanian, tetapi juga membantu mencegah erosi tanah dan mempertahankan keanekaragaman hayati.

Keahlian bertani yang dipadukan dengan kesadaran akan pentingnya menjaga hutan telah menjadi kunci keberhasilan warga Tahura Nipa-Nipa. Mereka memahami betul bahwa kelestarian hutan adalah jaminan bagi keberlangsungan mata pencaharian mereka. Dengan menjaga tegaknya pepohonan, mereka memastikan ketersediaan air, mencegah longsor, dan mempertahankan kesuburan tanah untuk generasi yang akan datang.

Hasil dari jerih payah bertani di lahan hutan ini memberikan dampak signifikan bagi kehidupan sosial dan ekonomi warga. Dari kebun-kebun yang mereka kelola dengan penuh tanggung jawab, mereka mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari, bahkan menyekolahkan anak-anak mereka hingga jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Kisah sukses anak-anak yang meraih pendidikan berkat hasil bumi dari Tahura Nipa-Nipa menjadi inspirasi dan motivasi bagi generasi muda untuk terus menjaga tradisi bertani yang selaras dengan alam.

Praktik agroforestri yang dilakoni warga Bukit Tahura Nipa-Nipa adalah contoh nyata bagaimana konservasi dan pemanfaatan sumber daya alam dapat berjalan beriringan. Mereka telah membuktikan bahwa hutan konservasi tidak harus menjadi kawasan steril yang terlepas dari aktivitas manusia. Dengan pengetahuan lokal dan kesadaran lingkungan yang tinggi, masyarakat dapat menjadi garda terdepan dalam menjaga kelestarian hutan sambil meningkatkan kesejahteraan hidup mereka.

Kisah sukses ini tentu menjadi pelajaran berharga bagi daerah lain di Indonesia yang memiliki potensi serupa. Pendekatan yang mengedepankan kearifan lokal dan melibatkan masyarakat dalam pengelolaan hutan dapat menjadi solusi efektif dalam mengatasi tantangan deforestasi dan degradasi lahan. Pemerintah dan berbagai pihak terkait perlu memberikan dukungan dan pengakuan terhadap praktik-praktik baik seperti yang dilakukan oleh warga Bukit Tahura Nipa-Nipa.

Di tengah isu perubahan iklim dan ancaman kerusakan lingkungan, kisah dari Bukit Tahura Nipa-Nipa memberikan secercah harapan. Harmoni antara bertani dan menjaga hutan bukanlah sekadar impian, melainkan kenyataan yang telah lama dipraktikkan oleh masyarakat Kendari.

Semoga kearifan lokal ini terus lestari dan menginspirasi upaya-upaya pelestarian lingkungan di seluruh penjuru negeri. Bukit Tahura Nipa-Nipa bukan hanya sekadar hutan, tetapi juga simbol kearifan, ketahanan, dan harapan bagi masa depan yang lebih hijau. Sk