Environment

Hari Bumi: Refleksi Mendalam, Bukan Sekadar Perayaan

×

Hari Bumi: Refleksi Mendalam, Bukan Sekadar Perayaan

Sebarkan artikel ini
FB IMG 1745311521313

SUARAKENDARI.COM– Gemuruh perayaan Hari Bumi seringkali memenuhi ruang publik setiap tanggal 22 April. Berbagai kegiatan seremonial digelar, mulai dari aksi bersih-bersih hingga orasi-orasi tentang pentingnya menjaga lingkungan. Namun, di tengah riuhnya peringatan tersebut, sebuah pertanyaan mendasar menggema: sudahkah kita benar-benar merefleksikan makna Hari Bumi yang sesungguhnya?

Igg Maha Adi, Direktur Eksekutif Greenpress Indonesia, dengan lugas menyampaikan pandangannya. “Hari Bumi adalah momentum refleksi, bukan seremoni. Ini saatnya kita kembali bertanya: sudah sejauh mana kita menjaga bumi, dan apa warisan yang akan kita tinggalkan untuk generasi mendatang?” Pernyataan ini menukik jauh melampaui hingar bingar perayaan sesaat, mengajak kita untuk menelisik lebih dalam tentang tanggung jawab kita terhadap planet ini.

Lebih dari sekadar aksi simbolis, Hari Bumi seharusnya menjadi pengingat yang kuat akan kondisi bumi yang kian memprihatinkan. Degradasi hutan, polusi yang merajalela, krisis iklim yang semakin nyata – semua ini adalah alarm yang berbunyi nyaring, menuntut tindakan nyata dan berkelanjutan.

Marwan Aziz, Sekretaris Jenderal Greenpress Indonesia, menegaskan peran penting setiap individu dan organisasi dalam upaya penyelamatan bumi. “Sebagai umat lingkungan, kita tidak boleh lelah bersuara dan bertindak. Bumi kita sedang sakit, dan hanya komitmen bersama yang bisa menyembuhkannya. Greenpress akan terus berada di garis depan mengawal isu-isu lingkungan di Indonesia.” Semangat pantang menyerah ini menjadi oase di tengah pesimisme yang terkadang menghantui benak para pejuang lingkungan.

Kisah-kisah pilu tentang dampak kerusakan lingkungan seharusnya tidak hanya menjadi berita, tetapi juga cambuk yang melecut kesadaran kita. Petani yang gagal panen akibat perubahan iklim, masyarakat pesisir yang kehilangan mata pencaharian karena abrasi, satwa liar yang kehilangan habitatnya – mereka adalah saksi bisu betapa rapuhnya bumi yang kita huni.

Oleh karena itu, Hari Bumi tahun ini harus menjadi titik balik. Bukan lagi sekadar mengunggah foto bertema lingkungan di media sosial, atau mengikuti aksi bersih-bersih seremonial semata. Lebih dari itu, kita perlu bertransformasi dari sekadar peduli menjadi aksi nyata. Dari diam yang membisu menjadi suara lantang yang memperjuangkan hak-hak bumi. Dari budaya konsumsi yang tak terkendali menjadi gaya hidup konservasi yang bijak.

Mari kita mulai dari hal-hal kecil dalam kehidupan sehari-hari: mengurangi penggunaan plastik, menghemat energi dan air, memilih produk yang ramah lingkungan, serta mendukung inisiatif-inisiatif pelestarian alam. Lebih jauh lagi, kita perlu berani menyuarakan kepedulian kita kepada para pengambil kebijakan, menuntut regulasi yang lebih ketat untuk melindungi lingkungan, dan mengawasi implementasinya.

Hari Bumi adalah panggilan untuk bertindak. Ini adalah momentum untuk merajut kembali harmoni antara manusia dan alam. Mari kita tinggalkan warisan bumi yang lestari untuk anak cucu kita kelak. SK

#HariBumi #GreenpressIndonesia #UmatLingkunganBersatu #greenpress #jurnalislingkungan #beritalingkungan