Provinsi Sulawesi Tenggara adalah daerah dengan beragam etnis dan budaya. Daerah berdiamnya suku asli seperti Tolaki, Muna, Buton, Moronene dan Bajo, baik di kepulauan maupun di daratan. Sejak syiar Islam hadir, berkembang pula tradisi menyambut bulan suci ramadhan, sebagai manifestasi kerinduan umat muslim di jazirah tenggara pada bulan penuh berkah.
1. Tradisi Mobasa-basa
Di Masyarakat Tolaki, sudah lazim setiap menjelang bulan puasa menggelar tradisi mobasa-basa, yakni, tradisi membaca doa untuk menyambut ramadhan.Tadisi mobasa-basa dilaksanakan menjelang 1 Ramadhan sebagai bentuk rasa ucapan syukur kepada Allah SWT karena sudah dipertemukan lagi dengan bulan ramadhan bulan penuh ampunan, sekaligus mengirim doa untuk mereka yang sudah meninggal dunia agar dosa-dosa mereka diampuni Allah SWT.
Tradisi Mobasa-basa dipimpin seorang ustad atau ahli agama yang bertugas membacakan doa-doa yang bersumber dari Alquran.Dalam tradisi mobasa-basa disediakan aneka sajian makanan tradisional yang disantap bersama-sama setelah doa selesai
Di masa lampau masyarakat tolaki membaca doa-doa dalam bahasa tolaki, Namun seiring masyarakat mengenal baca alquran doa dalam bahasa tolaki pun bertransformasi ke dalam isi alquran. Semenjak itulah Mobasa-basa berevolusi menjadi tradisi budaya dan tradisi agama yang melebur kedalam satu keindahan menjelang puasa.
2. Tradisi Haroa
Tradisi menyambut ramadhan dikenal di masyarakat Buton yakni, tradisi Haroa. Tradisi ini merupakan ungkapan rasa syukur masyarakat atas dipertemukannya kembali dengan bulan suci ramadhan. Dalam tradisi masyarakat Buton, Haroa menjelang ramadhan disebut Malona Bangua, sedangkan Qunua adalah Haroa yang dilakukan saat hari ke 15 puasa yang dilakukan di masjid menjelang sahur.
Tradisi Haroa dipimpin oleh imam masjid atau ahli agama. Tradisi haroa menyediakan aneka sajian makanan tradisional yang disimpan dalam wadah khusus.
Tradisi haroa sudah ada sejak lama dan diwarisi secara turun-temurun. Selain sebagai doa rutin yang dilakukan sebelum awal puasa, sekaligus mengirim doa keselamatan bagi keluarga yang sudah meninggal.
3. Tradisi Tembaha Wula
Masyarakat Muna memiliki tradisi jelang ramadhan tiba bernama Tembaha Wula yang merupakan warisan turun temurun.
Tembaha Wula mengandung arti mengirim doa. Tradisi ini sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT karena telah dipertemukan lagi dengan bulan suci ramadhan.
Tradisi baca doa dipimpin oleh Modji atau imam masjid. Pemilik hajatan bersama imam duduk membentuk lingkaran sambil melantunkan ayat al-quran dan ditutup doa bersama. Tradisi ini ditutup dengan makan bersama. **