JAKARTA, suarakendari.com-Mentari Jakarta belum sepenuhnya memanggang aspal ketika ribuan pasang mata telah tertuju pada satu titik: Balai Kota. Bukan untuk berunjuk rasa, melainkan untuk sebuah harapan yang terbalut dalam formulir pendaftaran. Dua hari terakhir, 22 dan 23 April 2025, gerbang kantor pusat pemerintahan DKI Jakarta itu menjadi saksi bisu antrean panjang yang mengular, dipenuhi wajah-wajah penuh harap. Mereka datang bukan hanya untuk satu posisi, namun satu yang paling mencuri perhatian adalah lowongan sebagai Petugas Penanganan Prasarana dan Sarana Umum (PPSU), sang “Pasukan Oranye” yang selama ini menjadi garda terdepan kebersihan dan kenyamanan ibu kota.
Gelombang pendaftar tak hanya memadati loket PPSU. Posisi Penyedia Jasa Lainnya Perorangan (PJLP) di berbagai dinas juga tak kalah diminati. Namun, daya tarik seragam oranye memang sulit ditampik. Upah Minimum Regional (UMR) DKI Jakarta sebesar Rp5,3 juta per bulan, ditambah tunjangan hari raya (THR) dan jaminan kesehatan BPJS, menjadi magnet kuat di tengah himpitan ekonomi.
Terlebih, persyaratan yang terbilang sederhana—cukup bermodalkan ijazah Sekolah Dasar (SD) dan Kartu Tanda Penduduk (KTP) DKI Jakarta—membuka pintu harapan bagi banyak warga yang mungkin selama ini kesulitan menembus ketatnya persaingan dunia kerja.
Di antara lautan manusia itu, terselip kisah-kisah sederhana namun penuh makna. Ada Bapak Sardi, misalnya, seorang ayah tiga anak yang sehari-hari bekerja serabutan. Informasi lowongan PPSU ini ia dapatkan dari tetangga. “Lumayan, Pak. Kalau keterima, bisa buat biaya sekolah anak-anak,” ujarnya dengan mata berbinar. Ada pula Risa, seorang ibu muda yang baru saja kehilangan pekerjaan di sebuah pabrik tekstil. Baginya, menjadi bagian dari Pasukan Oranye bukan hanya soal pekerjaan, tapi juga tentang kontribusi nyata bagi kota tempat tinggalnya.
Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung, yang turut meninjau proses pendaftaran, menekankan komitmen pemerintah provinsi untuk melaksanakan rekrutmen secara transparan dan tanpa praktik pungutan liar (pungli). Targetnya tak main-main: merekrut 1.652 petugas baru yang akan disebar di enam wilayah administratif Jakarta. Langkah ini, menurutnya, adalah wujud nyata keseriusan pemerintah dalam menciptakan lapangan kerja yang layak bagi warganya, terutama di tengah tantangan ekonomi yang tak mudah.
Lebih dari sekadar pekerjaan, menjadi anggota PPSU adalah tentang dedikasi dan pengabdian. Mereka adalah barisan terdepan dalam menjaga denyut nadi Jakarta tetap berdetak lancar. Mulai dari membersihkan selokan yang tersumbat, memungut sampah di jalanan, hingga memperbaiki trotoar yang rusak, tugas mereka seringkali luput dari sorotan, namun dampaknya sangat terasa dalam kehidupan sehari-hari jutaan warga Jakarta. Seragam oranye yang mereka kenakan bukan hanya identitas pekerjaan, tapi juga simbol harapan akan lingkungan yang bersih, nyaman, dan terawat.
Antrean di Balai Kota mungkin akan terus mengular hingga batas waktu pendaftaran berakhir. Di setiap wajah yang hadir, terpancar harapan akan masa depan yang lebih baik. Sebuah harapan yang sederhana, namun begitu berarti: memiliki pekerjaan yang layak, berkontribusi bagi kota, dan menghidupi keluarga denganMartabat. Di balik seragam oranye, tersembunyi asa dan semangat pantang menyerah ribuan warga Jakarta yang siap bahu-membahu menjaga ibu kota tetap gemilang. Sk