Jakarta, suarakendari.com-Dampak kesehatan dari perubahan iklim memperparah dan memperburuk efek dari krisis-krisis lain. Hal ini mengakibatkan peningkatan risiko krisis pangan, penularan penyakit menular, penyakit terkait panas, kemiskinan energi, dan kematian akibat paparan polusi udara.
Laporan terbaru dari The Lancet Countdown mengurai dampak dari kekeringan dan cuaca ekstrem lainnya telah membuat goyah pada pilar ketahanan pangan. Wilayah Asia Timur, pada musim panen mengalami penurunan sebesar 3,9% untuk jagung, 4,8% untuk beras, 4,8% untuk kedelai, 4,5% untuk gandum musim semi, dan 3,7% untuk gandum musim dingin. Cuaca ekstrem juga akan menguarangi produktifitas pekerja, terutama sektor pertanian yang berada di luar ruang.
Kecanduan energi fosil dan memprioritaskannya berdampak kerugian pada kesehatan masyarakat terjadi di seluruh dunia. Sebanyak 80% negara yang diteliti memberikan subsidi untuk energi fosil pada tahun 2021- sebesar US$400 miliar.
Perusahaan minyak dan gas terus menjadi pelanggar terburuk: terlepas dari klaim dan komitmen iklim mereka, strategi dari 15 perusahaan tersebut akan menyumbang peningkatan emisi sebesar 37% pada tahun 2030, dan 103% pada tahun 2040. Peningkatan tersebut akan membuat target 1.5 derajat sulit di capai.
Namun ada harapan, jika banyak pemerintah akan fokus pada kesehatan masyarakat seperti memastikan udara bersih dan berinvestasi pada energi bersih maka diperkirakan 1.3 juta jiwa bisa terselamatkan. Menata ulang kota yang memberikan kenaikan kualitas udara akan memberikan efek kesehatan mental dan fisik
Saat ini, kenaikan pekerjaan berbasis energi terbarukan sebesar 5% sedangkan berbasis energi fosil turun 10% sejak 2019. Langka-langkah dan perkembangan positif ini harus dipercepat untuk mencegah dampak ekonomi dan kesehatan yang hancur dari dampak perubahan iklim.
Energi angin dan matahari sudah kompetitif dengan biaya bahan bakar fosil yang harganya semakin murah tiap tahunnya. Mitos tentang biaya energi terbarukan yang mahal sudah ketinggalan zaman, buktinya biaya tenaga mahatari dan angin di banyak negara di dunia lebih murah dibandingkan energi fosil. Sk