Aguslan (46 tahun) pedagang takjil dari gorengan banting setir ke menu es dan kolak. Tingginya harga minyak goreng membuat pria parobaya ini terpaksa mengurangi dagangan berbau gorengan.
“Sebelumnya, lebih banyak jualan gorengan, namun karena harga minyak naik terpaksa jualan kue campuran,”ujar Aguslan.
Meski begitu, menu gorengan seperti bakwa, kandoang masih disediakan, tetapi terbatas.
Urusan harga Suci mengaku terpaksa Ia naikan, tapi itu sebatas untuk jualan gorengan saja. “Ya, harga gorengan terpaksa Saya naikan dari 4 biji seharga Rp.5000 di menjadi 3 biji Rp.5000,”katanya.
Kenaikan harga ini hanya yang berimbas pada minyak goreng saja, untuk kue-kue yang tidak berbahan minyak harganya tidak dinaikkan.
“Kue yang Saya jual ada banyak macamnya, ada es buah, kue bolu, kue lapis,kue lopis gula merah. Pokoknya di luar gorengan Saya tidak kasih naik ji, harganya tetap 4 biji srharga 5000 ribu rupiah. Jadi murah to,”ujarnya.
Namun, pria tiga anaknini tidak menampik jika sewaktu-waktu harga penganan miliknya bisa saja naik mengingat harga bahan pembuatan kue mulai merangkak naik. “Saya tidak tau kapan naiknya, tapi orang orang pada bilang harga bahan seperti gula, terigu dll sudah mulai ikut naik, otomatis harga kur harus ikut menyesuaikan harga pasar,”kata Suci, sembari tersenyum.
Aguslan mengaku sejak 10 tahun sudah Ia berdagang takjil, namun baru tahun ini keadaan kebutuhan ekonomi mengalami anomali. Ia berharap agar harga kebutuhan pokok dapat kembali normal seperti biasa. Sk