KENDARI, suarakendari.com – Jembatan Teluk Kendari (JTK), yang megah membentang dan menjadi ikon kebanggaan masyarakat Sulawesi Tenggara, kini justru menjadi sorotan publik dengan kabar duka yang berulang. Dalam dua bulan terakhir di tahun 2025 ini, tercatat dua kasus tragis di mana individu nekat mencoba mengakhiri hidupnya dengan melompat dari jembatan tersebut.
Kasus terbaru menimpa seorang wanita muda berinisial NNF, yang dilaporkan hilang saat berada di Jembatan Teluk Kendari pada Minggu (27/4/2025). Seorang wiraswastawan, menerima pesan WhatsApp yang pilu dari seseorang yang mengirimkan foto Jembatan Teluk Kendari dengan kalimat “sunyi saya lompat.” MYA yang cemas segera menuju tempat kerja korban, pada malam yang sama.
Keluarga dan kerabat korban terlihat memadati area jembatan, menunjukkan betapa besar duka dan kekhawatiran yang menyelimuti. Tim SAR pun bergerak cepat melakukan pencarian di sekitar lokasi kejadian pada Senin (28/4/2025).
Tragisnya, rentetan kejadian ini seolah mengonfirmasi adanya tren bunuh diri di Jembatan Teluk Kendari. Sebelumnya, pada 28 Maret 2025, seorang wanita muda berinisial SYL (25) juga berencana mengakhiri hidupnya dengan melompat dari jembatan yang sama akibat dugaan depresi.
Bahkan, catatan kelam ini tidak hanya terjadi di tahun 2025. Pada 30 Juni 2023, seorang dosen muda di Kendari ditemukan tewas setelah melompat dari Jembatan Teluk Kendari. Kejadian serupa juga sempat menghebohkan warga pada 11 Desember 2020, di mana seorang wanita berinisial AS (25) nyaris melakukan percobaan bunuh diri di lokasi yang sama, namun berhasil digagalkan oleh pihak kepolisian berkat laporan warga.
Kepala Kantor Pencarian dan Pertolongan (KPP) Kendari, Amiruddin, membenarkan adanya laporan terkait kondisi membahayakan manusia di Jembatan Teluk Kendari. Pihaknya menerima informasi dari Ditpolairud Polda Sultra mengenai adanya individu yang melakukan percobaan bunuh diri.
Fenomena ini tentu menimbulkan pertanyaan besar di benak masyarakat. Mengapa Jembatan Teluk Kendari, yang seharusnya menjadi simbol kemajuan dan keindahan kota, justru menjadi lokasi yang dipilih untuk mengakhiri hidup? Berbagai spekulasi dan kekhawatiran pun bermunculan.
Pihak kepolisian hingga kini belum dapat memberikan keterangan detail mengenai motif di balik kasus-kasus bunuh diri ini. Namun, rentetan kejadian ini jelas membutuhkan perhatian serius dari berbagai pihak. Perlunya pengawasan yang lebih ketat di area jembatan, identifikasi faktor-faktor pemicu, serta upaya preventif dan dukungan psikologis bagi individu yang rentan menjadi sangat krusial.
Tragedi yang berulang di Jembatan Teluk Kendari ini adalah alarm bagi kita semua. Kesehatan mental dan dukungan sosial menjadi isu penting yang tidak bisa diabaikan. Semoga kejadian serupa tidak terulang kembali dan solusi komprehensif dapat segera ditemukan untuk mencegah hilangnya nyawa di ikon kebanggaan Sulawesi Tenggara ini.
SK