Masih terekam jelas diingatan Moh. Nur Rasak, tentang Naoaki Amiya, seorang warga jepang yang rela datang jauh jauh datang dari negerinya menyambangi Kota Kendari atas perintah pemerintah jepang demi melihat Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Puuwatu, Kota Kendari, Propinsi Sulawesi Tenggara.
Kedatangan Amiya, pada bulan April 2017 itu setelah mendapat informasi dari sebuah lembaga swadaya masyarakat di Jerman GIZ yang membuat laporan tentang pemanfaatan gas metan sebagai bahan bakar kompor dan bahan bakar pembangkit listrik yang dibuat pemerintah Kota Kendari di TPA Puuwatu.
“Kata Toyota dalam laporan GIZ yang membuat orang jepang itu penasaran sampai datang ke Kendari lihat TPA Puuwatu,” cerita Nur Rasak yang kala itu menjabat Pelaksana Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Kota Kendari.
Nur Rasak mengungkapkan, ketertarikan pihak Jepang ke Kota Kendari, karena teknologi yang digunakan untuk mengaktifkan mesin mobil Toyota cukup sederhana dan murah namun dengan hasil yang maksimal.
Mesin mobil yang awalnya berbahan bakar premium (bensin) diubah menjadi bahan bakar gas metan dengan melakukan inovasi.
Awalnya inovasi yang dilakukan Dinas Kebersihan kala itu hanya ingin mengelola TPA agar bisa menghasilkan gas metan sehingga bisa dimanfaatkan untuk memasak, namun dorongan yang kuat dan tantangan dari Ir. Asrun Walikota Kendari saat itu, sehingga Nur Rasak dan rekan-rekannya akhirnya berhasil.
“Tahun 2013 kita sukses merekayasa genset kapasitas 7000 watt dengan bahan bakar gas metan, sehingga bisa menerangi kawasan TPA malam hari,” katanya.
Tak sampai disitu, inovasi terus mereka lakukan, sebuah mesin Mobil Toyota type 2F tahun 1978 menjadi sasaran inovasi. Sejumlah peralatan mobil pun dibongkar, sekira 20 unit karburator dan beberapa peralatan lainnya menjadi korban inovasi karyawan di workshop Dinas Kebersihan.
Ditambah sebuah dinamo, alhasil sebuah mesin genset dengan kekuatan 25 Kva berhasil mereka buat, dan bisa melayani listrik warga di kampung mandiri energi.
Kampung yang dihuni sekira 122 kepala keluarga ini mendapat pasokan listrik dari genset berbahan bakar gas metan di TPA Puuwatu, setiap rumah warga dialiri listrik sebesar 450 watt. Warga yang berprofesi sebagai pemulung dan petugas dinas kebersihan ini, menikmati listrik sekira 5-6 jam setiap harinya.
“Sekarang sudah ada 2 mesin genset yang kita punya, mesin yang satunya jenis Toyota Kijang tahun 1983, itu kita pasangkan dinamo dan bisa mengasilkan listrik 40 Kva”
Meskipun umur mesin terbilang tua, namun hingga kini masih berfungsi dengan baik, kalaupun terjadi keruskan, bukan pada mesinnya namun pada dinamo.
“Mesin Toyota ini kita pilih karena menurut teman-teman bandel dan peralatannya cukup mudah ditemukan”kata Nur Rasak.
Selain listrik, warga juga mendapatkan pasokan gas metan dari TPA untuk kebutuhan memasak sehingga mereka bisa menghemat membayar listrik dan kebutuhan gas LPG.
“Alhamdulillah, bantuan pemerintah kota ini sangat membantu kami, kami dibuatkan rumah, listriknya gratis, untuk memasak juga gratis karena pake gas metan,” ungkap Fajar Petugas DLHK Kota Kendari, salah satu penghuni kampung mandiri energi.
Kesuksesan mengelola TPA mendapat apresiasi dari berbagai pihak, sejumlah penghargaan diraih pemerintah Kota Kendari berkat TPA Puuwatu, diantaranya Adipura Kencana tahun 2014 dan 2015, TPA terbaik tahun 2016 dan 2017 dari Kementerian Libgkungan Hidup dan Kehutanan RI dan Penghargaan Energi Prabawa kategori the most inspiring dari kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) RI tahun 2015.
Menjadi TPA terbaik di Indonesia saat ini, TPA yang juga berfungsi tempat belajar dan tempat wisata ini, menjadi sasaran studi banding. Lebih dari 250 kabupaten dan kota di Indonesia telah berkunjung di TPA ini, bahkan sejumlah pemangku kepentingan dari beberapa negara didunia juga pernah menginjakkan kakinya di TPA wisata ini.
Dinas lingkungan Hidup mencatat, beberapa negara yang pernah berkunjung ke TPA diantaranya, Perancis, Belanda, Jerman, Amerika Serikat, India, Jepang, Australia dan Singapura.
Kesuksesan mengelola TPA dan menghasilkan gas metan tak hanya dirasakan sendiri oleh Kota Kendari, pengelolaan TPA dengan sistem sanitary land fill ini juga sudah diduplikasi sejumalah kabupaten Kota di Indonesia dengan pendampingan langsung dari DLHK Kota Kendari, diantaranya Kota Bau-bau, Bone, Maros, Bulukumba, Kota Palopo, Tebo, dan Pasuruan.
Kota Palopo salah satunya, melalui pendampingan langsung, saat ini mereka telah mengelola TPA nya dengan sistem sanitary land fill dan menghasilkan gas metan.
“Alhamdulillah Kota Palopo sudah punya TPA dengan sistem sanitary land fill, berkat pendampingan Kota Kendari. Gas metan untuk kompor juga sudah dinikmati warga dan mesin genset 9000 watt sudah menyala” tutur Ibnu, Kasubid Sengketa Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup Kota Palopo via telepon.
Ia mengungkapkan untuk meningkatkan kapasitas TPA, saat ini Pemerintah Kota Palopo masih akan menambah luas TPA yang saat ini memiliki luas 13 Ha.
Saat ini mesin genset berbahan bakar gas metan masih digunakan untuk kebutuhan di dalam TPA, sedangkan untuk cita-cita yang lebih besar seperti kota Kendari, Ia hanya bisa menunggu kebijakan dari Walikota Palopo.
Naskah & foto: Sumarlin