Peristiwa

Warga Binaan Lapas Kelas IIA Kendari Ikut Ujian Kesetaraan Paket B dan C

×

Warga Binaan Lapas Kelas IIA Kendari Ikut Ujian Kesetaraan Paket B dan C

Sebarkan artikel ini

KENDARI, suarakendari.com – Sebanyak 21 warga binaan Lapas Kelas IIA Kendari mengikuti ujian program pendidikan kejar paket C yang setara dengan tingkat SMA dan paket B yang setara dengan tingkat SMP, Rabu (11/12/2024).

Kepala Lapas Kelas IIA Kendari, Herman Mulawarman mengungkapkan program ujian kejar paket ini merupakan langkah lembaga pemasyarakatan untuk memberikan kesempatan kepada warga binaan yang putus sekolah untuk meneruskan pendidikannya.

“Total warga binaan yang ikut ujian kejar paket C dan B ini berjumlah 21 orang dari berbagai kasus baik pidana umum maupun narkotika,” kata Herman kepada awak media, Rabu (11/12).

Herman mengungkapkan sampai saat ini, sebanyak 21 warga binaan yang terdaftar sebagai peserta program belajar kejar paket C dan B di Lapas Kendari. Nantinya, pihaknya akan kembali melakukan pendataan lagi demi memberikan kesempatan yang sama.

Menurut dia, semua warga binaan harus mendapatkan perlakuan yang sama. Terlebih, terkait pendidikan. Walaupun warga binaan saat ini mengahadapi persoalan hukum, Lapas Kelas IIA Kendari harus memberikan hak yang sama dari masyarakat pada umumnya.

“Kami juga memberikan kepada mereka hak-hak mengenyam pendidolikan walaupun menjalani pidana di dalam lapas yang ruang lingkupanya terbatas,” bebernya.

Sementara, guru pembimbing kejar paket Heilda Rurrianty Latippa mengatakan semua warga binaan yang melakukan ujian kejar paket lebih dulu mengikuti proses pembelajaran. Sebab, warga binaan ataupun masyarakat pada umumnya tidak bisa langsung mengikuti ujian kejar paket jika tidak melewati proses pembelajaran.

“Proses pembelajarannya baisanya itu pertemuan dua kali dalam sebulan dan masing-masing ada tutornya,” ujar dia.

Meski begitu, Heilda mengatakan selama proses pembelajaran hingga pelaksanaan ujian pihaknya tidak mendapatkan kendala berarti

“Alhamdulillah kalau proses pembelaharan kami tidak dapat kendala, karena kami tidak terlalu memaksakan berfikir seperti di umum, kami belajar sambil tukar pikiran,” pungkas Heilda. Ys

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *