Seperti diketahui Lembaga Adat Tolaki adalah lembaga yang melegitimasi adat warga etnik tolaki yang besar. Banyak yang berharap Lembaga Adat Tolaki dapat mengambil peran lebih besar di tengah situasi yang sempat memanas ini untuk ikut turun tangan, seperti melakukan mediasi, melunakkan situasi.
Suku Tolaki adalah Suku yang Cinta Damai
Ketua Lembaga Adat Tolaki, Masyhur Masie Abunawas (MMA) menyampaikan pesan damai kepada seluruh masyarakat Sulawesi Tenggara. Ia menegaskan, suku tolaki adalah suku yang cinta damai. Sejarah membuktikan ratusan tahun sebelum Provinsi Sulawesi Tenggara berdiri, tanah leluhur orang tolaki sudah dijadikan tempat berdomisili dan berusaha berbagai suku bangsa , bahkan telah menjadi tempat tinggal yang paling nyaman , tanpa gangguan apapun.
Suku tolaki , lanjut dia, telah terbiasa hidup berdampingan dengan berbagai suku bangsa secara damai, aman dan tentram di bumi suku tolaki. Kondisi ini terwujud, karena, suku tolaki berpegang pada filosofi Inae Konasara Ia Pinesara, Inae Lia Sara Ie Pinekasara.
Orang tolaki menjunjung tinggi Osara atau aturan aturan adat istiadat atau hukum adat tolaki dan telah menjadi sarana untuk membina , mengawasi, mengendalikan dan menegakkan tertib hokum dan tertib social dalam masyarakat agar masyarakat dapat hidup tertib, aman, tentram dan damai, atau dalama bahasa tolaki sering dinyatakan : luwuako nggonibutuno osara tambuoki suere, nggo tekono ine ambo ronga nggo nggo ni’meamboako (artinya; semua tujuan adat istiadat/ hokum adat adalah terwujudnya tertib hokum, tertib hokum, tertib social dan kesejahteraan hidup masyarakat).
MMA yang juga mantan Wali Kota Kendari ini menyampaikan, sebagai wujud cinta damai suku tolaki yang dilandaskan pada adat istiadat, maka ormas suku tolaki yang berasal dari berbagai kabupaten/kota di Sultra melangsungkan pawai budaya mepokoaso di kota kendari sebagai agenda tahunan dengan menampilkan pakaian adat dan symbol symbol budaya misalnya bendera merah putih, bendera LAT, bendera semua ormas yang menjadi peserta pawai termasuk beberapa perlengkapan budaya ta’awu dan karada serta perisai lainnya, dengan tujuan mempererat tali persaudaraan , solidaritas, saling kenal mengenal untuk membangun komitmen bersama menjaga kedamaian dan ketentraman di tanah leluhur.