KONAWE UTARA, suarakendari.com – Ratusan Siswa SMAN 1 Lasolo Konawe Utara (Konut) jadi korban mogok belajar puluhan guru sekolah, Sejak Jumat (19/7/2024) hingga Rabu (24/7/2024), sebanyak 597 siswa, tidak maksimal menjalani proses belajar akibat guru yang memilih mogok mengajar.
Saat wartawan mendatangi sekolah, Ratusan siswa, terlihat berada di luar ruang kelas. Mereka berkumpul, bercerita dan beberapa lainnya saling bercanda di taman sekolah. Padahal, saat itu harusnya mereka sudah ikut jadwal mata pelajaran dalam ruangan.
Kondisi yang berlangsung sejak pekan lalu itu, menyebabkan Kadis Dikbud Sultra Yusmin turun langsung di lokasi.
Dia menemui ratusan siswa dan guru-guru yang masih datang ke sekolah.
Yusmin mengunjungi sekolah yang berjarak 89 kilometer dari Kota Kendari itu bersama Sekdis Dikbud Sultra, Kepala Bidang SMA dan SMK Dikbud Sultra, Kantor Cabang Dinas Dikbud Konawe-Konut Idrus.
Saat turun ke lokasi, ternyata hanya ada 6 orang guru yang hadir di sekolah. Diketahui, ada 42 orang guru sekolah. Itupun, tidak mencukupi untuk mengajar pada 18 ruang belajar yang ada di sekolah.
Dia mengatakan, sengaja turun langsung melihat kondisi sekolah. Dia menemukan, ternyata guru-guru mogok sudah 5 hari.
“Sebelumnya, saat bertemu di Dikbud saya sudah memberitahu kepada guru-guru agar melakukan tugasnya mengajar dengan baik, menerapkan kedisiplinan kepada siswa,” kata Yusmin.
Dia menegaskan, persoalan guru-guru yang protes dan membuat petisi tidak mengajar, agar mengabaikan persoalan pribadi. Sebab, tugas guru-guru adalah mengajar dan mendidik siswa sehingga mereka mendapatkan haknya memperoleh pendidikan yang baik di sekolah.
“Terkait persoalan dengan kepsek, itu tidak lantas mempengaruhi persoalan kewajiban mengajar dan mendidik siswa, apapun keputusannya kami akan rapat bersama dan bicara dengan pihak Komite Sekolah,” ujar Yusmin.
Dia menegaskan, guru harus mengajar, mendidik dan melatih siswa. Sebab, orang tua di rumah menitip anak di sekolah untuk mendapatkan hak meraih ilmu yang berguna dari guru.
Yusmin memastikan, Ketua Komite Sekolah akan mendatangi guru-guru satu persatu ke rumah mereka. Hal ini dilakukan sebagai bentuk persuasif terhadap sikap yang ditunjukkan guru sebagai tenaga pendidik.
“Kami tak mau anak anak kita menjadi korban, sebab mereka generasi muda yang harus mendapatkan ilmu, dididik dengan baik oleh guru-guru mereka,” ujar Yusmin.
Dia juga mengatakan, jika guru tak mempedulikan arahan, maka sudah ada aturan tegas yang mengatur. Sehingga, pihak Dikbud akan menjalankan aturan ketika jadwal belajar mengajar tidak dipatuhi para guru.
“Hal ini juga akan menjadi bahan laporan kami ke Sekda Sultra sebagai atasan, selanjutnya kepada PJ Gubernur Sultra,” pungkasnya.
Sementara Ketua Komite SMAN 1 Lasolo Lioma SPd mengatakan sudah berupaya mendatangi beberapa guru yang mogok belajar. Dia mengatakan, sudah berbicara dengan mereka agar bisa masuk mengajar di sekolah.
“Kasian, anak-anak yang sekolah. Mereka dikorbankan, semoga guru-guru paham bahwa anak-anak ini tidak bersalah,” imbuh Lioma.
Dia mengatakan, awal mula para guru mogok karena jengkel dengan sikap kepsek yang dinilai arogan. Pasalnya, menurut Lioma, kepsek sering kedapatan marah kepada guru meskipun di depan siswa ketika guru tidak melakukan tugasnya dengan baik. Kemarahan kepsek ini, akibat guru dianggap tidak menyelesaikan tugas dengan baik, tidak hadir mengisi jam pelajaran hingga masalah kedisiplinan lainnya.
Sebelumnya, guru-guru di SMAN 1 Lasolo mendatangi Dikbud Sultra. Mereka mengeluh, kepsek dinilai arogan dan kasar.
Salah seorang guru, Kamria menceritakan dia mengaku pernah mendapat kekerasan verbal dari Kepsek Anas Herson. Bahkan, kepsek sampai mendatangi rumah pribadinya.
“Saya didatangi di rumah, malam-malam. Habis itu, saya disuruh mengembalikan laptop. Ada perkataan yang saya anggap kekerasan bersifat verbal,” ujar Kamria yang sebelumnya menduduki posisi wakil kepala sekolah.
Saat itu, Kamria menceritakan, Kepsek mengatakan kepadanya kalimat yang membuatnya merasa shock. Kepsek yang sempat menelepon beberapa kali, menurut Kamria, berbicara via telepon jika ia tidak menyukai pegawai yang slow respon.
“Kemudian, dia (kepsek) bilang, jangan sampai karena pendidikan mu lebih tinggi kamu pandang enteng sama saya,” ujar Kamria menirukan perkataan kepsek.
Diketahui, aksi guru mendatangi Dikbud, didukung sejumlah mahasiswa Konawe Utara yang berdemonstrasi salah seorang mahasiswa mengatakan, perilaku kepsek bukan saat itu saja. Namun, selama 2 tahun di sekolah, ia sering mengucapkan kata-kata yang dinilai menyakitkan hati guru dan siswa.
“Kami dapat laporan, dia (kepsek) sering memaki di depan umum. Bukan hanya sekali, padahal seorang guru apalagi kepsek harusnya bisa lebih santun dan ramah terhadap siswa atau guru lainnya,” ujar mahasiswa tersebut.
Kepsek SMAN 1 Lasolo Anas Herson saat mengklarifikasi di depan ruangan rapat antara pihak guru dan Dikbud Sultra mengatakan, sebenarnya ia memiliki alasan jelas terkait keluhan Kamria sebagai guru sekolah.
“Saat itu, malam kejadian, saya sudah beberapa kali ditelepon pihak inspektorat dan pengawas sekolah, bahwa besok paginya ada pemeriksaan data sekolah,” ujar Kepsek.
Data sekolah dimaksud menurut Kepsek yakni, data jumlah siswa penerima dana BOS. Data ini akan disesuaikan dengan dapodik sekolah apakah sudah sesuai jumlahnya atau tidak. Penyusunan data, mesti diselesaikan malam agar keesokan hari bisa rampung saat diperiksa inspektorat.
“Tapi, saat saya datang ke rumah ibu Kamria, Demi Tuhan saya tak masuk dalam rumah. Saya hanya datang ambil laptop,” ujar Kepsek.
Dia juga mengakui, kerap berbicara dengan intonasi yang terdengar keras kepada guru-guru atau staf di sekolah. Namun, kata Anas, semua itu dilakukan karena membiasakan para guru, staf dan siswa mematuhi aturan.
“Saya memang biasa marah karena tugas para guru terlambat diselesaikan, tidak datang mengajar tanpa alasan jelas, kemudian siswa dan guru yang tidak disiplin dan melanggar aturan sekolah,” ujarnya di depan rapat.
Anas juga mengakui, sudah meminta maaf. Namun, sikap kepala sekolah berujung laporan ke polisi oleh salah seorang guru. Ys