Bisnis air minum isi ulang (air galon) semakin ramai diminati oleh masyarakat Kota Kendari. Pasalnya, dalam setahun laba yang kita peroleh sampai mencapai Rp 60 juta. Walaupun anggaran yang kita keluarkan cukup besar yakni Rp 58 juta, namun dalam setahun saja modal usaha yang kita keluarkan itu sudah kembali.
Budi , warga jalan Taman Suropati Kelurahan Mandonga, Kecamatan Mandonga, Kota Kendari mengaku, usaha depot air minum isi ulang sudah dilakoninya sejak 2011 lalu. Sebelum memulai usahanya itu, ia sempat berpikir untuk membangun usaha warnet. Karena bisnis itu sudah jarang diminati oleh masyrakat, maka dia pun mengurungkan niatnya.
“Selama tiga bulan, saya mencari di situs internet tentang bisnis apa yang bagus untuk dijalankan. Akhirnya saya temukan, kalau ternyata bisnis air isi ulang ini sangat menjanjikan selama masyarakat sekitar masih menyukai hal-hal yang simpel dan cepat,” ungkap Budi saat ditemui di depot air minum isi ulang miliknya, akhir pekan lalu.
Lanjutnya lagi, dengan mengeluarkan anggaran Rp 58 juta, seluruh peralatan baik mesin isi ulang serta bahan baku dan seluruh peralatan penunjang di belinya. Selain itu, modal yang dikeluarkan itu sudah termasuk biaya administrasi agar usaha yang dibangunnya legal.
“Seharinya saya bisa dapat Rp 300 ribu. Sebulannya, laba yang saya terima Rp 9 juta. Dari pemasukan itu saya keluarkan Rp 4 juta untuk biaya operasional serta membayar tiga orang karyawan saya, sehingga laba bersih yang saya terima Rp 5 juta,” jelas Budi.
Untuk bahan baku air yang digunakan, lanjutnya lagi, adalah air yang diperoleh dari PDAM. Karena air ini telah melalui proses pengolahan terlebih dahulu. Ia mengakui, memang ada beberapa depot yang menggunakan bahan baku air yang diperoleh dari sumur Bor. Namun itu tergantung dari peralatan yang digunakan dalam memfilter air baku yang dipakai.
“Filter yang saya gunakan merknya Dewater. Bentuk dari filter ini seperti gulungan fiber berwarna putih yang ukurannya berbeda-beda. Normalnya, setiap depot isi ulang harus menggunakan hingga tiga dewater yang ukurannya 0.5 mikron, 0.3 mikron, dan 0.1 mikron agar bakteri ekoli yang ada di air bisa terfilter,” jelas Budi.
Dijelaskannya juga, proses penyaringan air yang sesuai standar yakni, terlebih dahulu air pam ditampung didalam wadah (profil tank). Setelah itu air melewati 3 tabung yang masing-masing berisi pasir mangan, karbon aktif, dan pasir silika. Kemudian, air masuk ke tangki baku untuk selanjutnya melewati tiga filter yang berbeda-beda yakni 0.5 mikron, 0.3 mikron, dan 0.1 mikron. Setelah itu, air melewati alat yang disebut Ozon selanjutnya melewati sebuah alat yang didalamnya sudah ada sinar UV (Ultra Violet), agar bakteri yang lolos dari filterisasi tadi musnah.
“Untuk mendapatkan hasil air yang lebih sehat, filternya harus diganti setiap sembilan hari sekali. Jika tidak, kualitas air mineral yang dihasilkan akan terlihat berwarna agak kuning. Jika kondisinya seperti itu, jelas air tersebut sudah tidak layak konsumsi,” ungkap Budi.
Jika kondisi air yang ditemukan seperti itu, jelasnya juga, masyarakat mesti berhati-hati dalam mengkonsunsi air munim isi ulang. Pasalnya, beberapa depot juga tidak mengikuti standar kelayakan usaha ini. Seperti, alat yang digunakan harus berkualitas. Filternya pun harus disesuaikan dengan bahan baku yang digunakan. Sk